5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur Mayat

Inilah desa yang penduduknya benar-benar asli Bali

Masyarakat Bali terdiri dari penduduk yang memang lahir di Bali, dan ada yang dari darah keturunan Jawa atau Majapahit. Masyarakat asli Bali biasanya disebut dengan nama Bali Aga atau Bali Mula.

Desanya sendiri disebut dengan Desa Bali Aga. Bali terdapat beberapa Desa Bali Aga, satu di antaranya ada di Kabupaten Buleleng. Berikut ini deretan Desa Bali Aga di Buleleng.

Baca Juga: 5 Keunikan Desa Sidetapa Buleleng, Penduduk Asli Bali

Baca Juga: 9 Fakta Tenun Gringsing Desa Adat Tenganan Karangasem

1. Desa Sembiran

5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur MayatRumah warga di Desa Sembiran. (Jadesta.kemenparekraf.go.id)

Sembiran berasal dari kata sembir yang berarti bagian atau pecahan. Desa Sembiran adalah desa tertua di Bali yang terletak di Kecamatan Tejakula. Desa kuno ini diketahui sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi, tepatnya sejak zaman batu tua atau Zaman Paleotikum.

Hal ini bisa dibuktikan dengan temuan 40 perabotan kuno yang berasal dari peradaban batu tua dan zaman besi. Peralatan atau benda-benda tersebut seperti alat pemotong dari batu, palu batu, kapak tangan, benda pipih mirip setrika, dan lainnya, melansir Sembiran-buleleng.desa.id.

Selain itu masih ada bangunan atau rumah kuno peninggalan masa lampau, 17 pura yang dibangun dari bahan dasar batu besar dan diperkirakan sudah ada sejak Zaman Megalitikum. Bentuk tempat sucinya juga berbeda dengan candi yang dibangun di India maupun Jawa. Tempat suci ini dibuat untuk memuja atau menyembah arwah leluhur.

2. Desa Julah

5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur MayatSuasana di Desa Julah. (Jadesta.kemenparekraf.go.id)

Desa Julah juga ada di kecamatan yang sama dengan Desa Sembiran yaitu Tejakula. Menurut prasasti di Pura Bale Agung Desa, Desa Julah telah ada sejak tahun saka 844 atau sekitar 923 masehi, tepatnya pada zaman Pemerintahan Ratu Sri Ugrasena di Bali.

Desanya terdapat sistem pemerintahan kuno yang disebut dengan Hulu Apad. Dalam sistem pemerintahan ini, Desa Julah dipimpin oleh dua orang Jero Kubayan bersama empat orang Jero Bau yang bertugas untuk mengatur tatanan keagamaan serta keadatan masyarakat (krama) negak (krama yang memiliki peran utama di desa adat) dan buwit (krama yang berperan untuk membantu krama negak di desa adat).

Jero Kubayan memiliki tingkatan yang lebih tinggi, dapat dikatakan sebagai tokoh sentral yang mengatur desa secara otonom terkait prosesi keagamaan dan adat di desa. Sedangkan empat orang Jero Bau berada di bawah Jero Kubayan.

3. Desa Sidetapa

5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur MayatWilayah Desa Sidetapa. (YouTube.com/Camat Banjar)

Desa Bali Aga ini terletak di Kecamatan Banjar. Ada beberapa hal unik di sini, satu di antaranya desanya tidak mengenal Pura Khayangan Tiga atau Tri Khayangan Desa yaitu Pura Desa, Pura Dalem, dan Pura Puseh. Hanya ada Pura Desa Bale Agung yang menjadi pusat pura di Desa Sidetapa. Desanya juga tidak menyebut Tuhan dengan nama Ida Sang Hyang Widhi Wasa, melainkan Ida Panembahan.

Lalu di dalam area tersebut terdapat dua kelompok pura, yaitu Pura Bale Agung yang berada di jaba (luar) tengah dan Pura Puseh yang berada di jeroan (dalam) atau utama mandala.

Desa Sidatapa memiliki tempat suci dengan sebutan telutug atau piji yang berada di sebelah timur Pura Desa Bale Agung. Tempat suci ini sebagai tempat pemujaan Ida Bhatara Dalem dan Ida Bhatara Prajapati.

Jika masyarakatnya mengadakan upacara Pitra Yadnya (upacara untuk menghormati leluhur), maka dilakukan matur piuning (pemberitahuan) ke tempat suci ini, melansir karya makalah I Made Purna dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT berjudul Mitos Kepercayaan Desa Adat Sidetapa Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.

4. Desa Cempaga

5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur MayatSalah satu seni tari sakral dari Desa Cempaga. (YouTube.com/Tanda Mitha)

Desa Bali Aga ini terletak di Kecamatan Banjar. Desa Cempaga terkenal memiliki alam dan beberapa lokasi air terjun yang menawan. Ada beberapa kesenian sakral dan unik yang  berbeda dari kesenian di desa lainnya. Sebut saja Tari Jangkang, Tari Baris Jojor, Tari Baris Dadap, dan Tari Selir.

Dilansir dari Cempaga-buleleng.desa.id, Desa Cempaga juga diketahui sebagai desa yang memiliki banyak jenis tari rejang seperti Tari Rejang Beneh, Tari Rejang Tuding Penyalon, Tari Rejang Lilit Nyali, Tari Rejang Bungkol, dan lainnya.

5. Desa Sepang

5 Desa Bali Aga di Buleleng, Ada Tradisi Jemur MayatPemandangan alam di Desa Sepang. (Sepang-buleleng.desa.id)

Desa Sepang terletak di Kecamatan Busungbiu dan diperkirakan ada sejak perjalanan Rsi Markandeya ke Bali. Nama Sepang diyakini berasal dari perkataan Dewa Ayu Sapujagat yang merupakan istri dari Rsi Markandeya.

Kala itu ia berkata "Depang, siepang," setelah mengetahui pengikut Rsi Markandeya yang ditinggalkan di Alas Katila, Patiga, menikahi adik perempuannya. Akhirnya tempat yang ditinggali oleh Patiga tersebut dinamakan Sepang.

Merujuk pada Tradisi Upacara Nginyahang Mayat di Desa Sepang Kecamatan Busungbiu 
Kabupaten Buleleng karya Drs I Made Girinata MAg dari Fakultas Brahma Widya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar tahun 2012, ada tradisi unik bernama nginyahang mayat atau menjemur mayat di sini. Mayat atau jenazah diletakkan di atas batu penyemuhan (batu untuk meletakkan mayat) yang berada di dekat kuburan desa adat setempat.

Dulunya hal ini dilakukan karena Desa Sepang belum memiliki Pura Prajapati, dan kuburannya belum terawat hingga dipenuhi semak belukar. Sambil menunggu masyarakat menggali kuburan, mayat tersebut diletakkan di atas batu penyemuhan dulu. Walaupun Desa Sepang kini sudah memiliki Pura Mrajapati, namun tradisi ini masih tetap dilaksanakan. Masyarakat percaya, di batu penyemuhan inilah orang yang telah meninggal melakukan penghormatan kepada Tuhan.

Itulah deretan Desa Bali Aga di Buleleng. Jika kamu berlibur ke Bali sebaiknya langsung ke daerah Buleleng ya untuk mengunjungi beberapa desa di atas. Kamu akan merasakan pemandangan alam dan bisa melihat tradisi-tradisi unik di desa ini.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya