Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asal Mula Berdirinya Patung Bayi Sakah di Gianyar

Patung Brahma Lelare di Sakah. (YouTube.com/Bagus Uciha)

Kalau kamu melintasi Jalan Raya Sakah, Kecamatan Sukawatai, Kabupaten Gianyar pasti akan melihat sebuah patung bayi berukuran besar di persimpangan jalan raya. Patung ini sangat disakralkan, dan tentu saja mengandung cerita tersendiri terkait pembangunannya.

Warga Banjar Adat Blahtanah, Desa Adat Ganggangan Cangi, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar mengadakan upacara (persembahyangan) Karya Padudusan Agung Brahma Lelare yang bertepatan dengan piodalan (perayaan hari jadi tempat suci) di tempat ini yaitu pada Selasa (24/1/2023), Anggara Kliwon, wuku Medangsia.

Seperti apa asal mula berdirinya Patung Bayi sakah atau Patung Brahma Lelare ini? Berikut ceritanya yang dikutip dari situs Desawisatamas.com.

1. Berawal dari program kerja Bupati Gianyar

Patung Brahma Lelare di Sakah. (YouTube.com/ Sobat Asik)

Pada saat Bupati Gianyar, Tjokorda Raka Dherana, memimpin pada periode tahun 1983 hingga 1993, ia memiliki program kerja membuat patung di setiap persimpangan jalan utama Kabupaten Gianyar. Hal itu ia lakukan untuk memperlihatkan ciri khas Kabupaten Gianyar sebagai kota seni dan budaya.

Bupati lalu mengundang para tokoh di Gianyar untuk membicarakan program kerjanya tersebut. Hasilnya, para tokoh mengusulkan agar membangun patung pahlawan hingga dari cerita pewayangan.

2. Tokoh Desa Mas meminta konsep patung yang berbeda

Patung Brahma Lelare di Sakah. (YouTube.com/Sobat Asik)

Dalam pertemuan tersebut, seorang tokoh Desa Mas bernama Ida Bagus Aji Mangku Ambara meminta konsep patung yang berbeda dan siap menanggung biayanya. Ia menilai, pertigaan Sakah dianggap memiliki nilai sakral atau dalam Bahasa Bali disebut dengan istilah tenget.

Nama Banjar di lokasi tersebut adalah Blahtanah, artinya tanah yang terbelah. Nama Sakah sendiri berasal dari kata 'saka ah' yang berarti lingam (lingga yoni). Lalu di sebelah barat lokasi pertigaan tersebut terdapat Pura Hyang Tiba.

3. Mendapat pawisik membuat patung berwujud bayi

Patung Brahma Lelare di Sakah. (YouTube.com/Sobat Asik)

Konsep bentuk dari patung yang akan dibangun di pertigaan Sakah berasal dari pawisik atau bisikan gaib. Diceritakan, (alm) Ida Bagus Putra, kerabat dari Ida Pedanda Buda Sukawati (Pendeta Hindu dari Griya Buda Taman Sukawati), sedang memancing di Pantau Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, pada Purnama sasih Katiga (bulan ketiga) tahun 1985. Ketika rebahan di pinggir pantai, tiba-tiba muncul sosok patung berbentuk Brahma Lelare yang wujudnya seperti sekarang ini.

Ida Bagus Aji Mangku lalu mempresentasikan konsep patung tersebut ke hadapan Gubernur Bali kala itu, Ida Bagus Oka; dan Bupati Gianyar, Tjokorda Raka Dherana. Gubernur Bali menyetujui konsep patung yang akan dibangun tersebut.

4. Makna Patung Brahma Lelare

Suasana piodalan di Patung Brahma Lelare. (YouTube.com/M312T4 Art Channel)

Peletakan pembangunan Patung Brahma Lelare dilakukan pada tahun 1990. Patung Brahma Lelare merupakan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai bayi yang melambangkan siklus kehidupan seorang manusia.

Patung ini juga sebagai lambang penyatuan Siwa Buddha. Karena hal ini, patung yang sering disebut sebagai Patung Bayi Sakah tersebut mengandung aura sakral. Selain itu, banyak warga yang mendatangi patung ini untuk memohon keturunan.

Sebagai tempat suci, Patung Brahma Lelare memiliki hari piodalan setiap 10 hari setelah Kuningan, tepatnya Selasa, Anggara Kliwon, wuku Medangsia. Patung Brahma Lelare diusung atau diempon oleh krama (warga) Banjar Adat Blahtanah, Desa Batuan Kale, Kecamatan Sukawati.

5. Patung Bayi Sakah dibuat oleh pematung dari Desa Kramas, yang juga membuat Monumen Bajra Sandhi (Monumen Perjuangan Rakyat Bali) di Kota Denpasar

Lapangan Niti Mandala dan Monumen Bajra Sandhi (dok.UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali)

Patung setinggi 6 meter ini ternyata dibuat oleh seorang pematung bernama I Ketut Sugata bersama kawan-kawannya. I Ketut Sigata berasal dari Desa Kramas, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

I Ketut Sugata turut mengerjakan monumen Bajra Sandhi di Kota Denpasar, bersama Ida Bagus Tugur sebagai arsiteknya. Ia juga tercatat sebagai pembuat rangkaian 50 buah arca atau patung di Pura Besakih yang diberi nama Tri Hita Karana.

Keberadaan patung di Pulau Dewata sudah menjadi ciri khas tersendiri. Beberapa patung biasanya mengandung cerita dan nilai filosofis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us