6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang Leak

Kamu wajib nonton sih saat liburan di Bali  

Drama Tari Calonarang merupakan pertunjukan seni di Bali yang sangat disakralkan dan dipenuhi oleh suasana mistis. Pagelaran seni tari ini biasanya dilakukan pada saat ada upacara di sebuah pura, khususnya Pura Dalem yang berdekatan dengan kuburan.

Drama Tari ini secara umum mengambil kisah seorang ratu ilmu hitam yang sangat sakti dari Kerajaan Dirah bernama Calonarang, atau juga disebut dengan nama Walu Nateng Dirah. Calonarang menyerang dan menghancurkan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Airlangga, karena sang raja membatalkan pernikahan putri Calonarang yang bernama Ratna Manggali.

Setiap pementasan Calonarang akan mengambil banyak lakon. Namun lakon yang paling sering dipentaskan adalah Kautus Larung. Mengutip dari Buku Calonarang, Ajaran Tersembunyi di Balik Tarian Mistis karangan Dr Komang Indra Wirawan SSn MFilH (Komang Gases) pada tahun 2019, lakon ini menampilkan beberapa adegan sakral yang wajib ada dalam setiap pementasannya.

Berikut ini adegan sakral dalam Calonarang di Bali.

Baca Juga: 5 Lakon yang Lazim Dipentaskan dalam Calonarang di Bali

1. Adegan Matah Gede

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang Leakadegan Matah Gede dan murid-muridnya (YouTube.com/DEK ARTA BALI channel)

Selain Walu Nateng Dirah, Calonarang memiliki sebutan lain yaitu Matah Gede. Dalam adegan Matah Gede ini akan memperlihatkan sosok dirinya berwujud perempuan tua berwajah angker, gerak-geriknya amat menakutkan, matanya melotot, dan pandangannya tajam.

Matah Gede dikelilingi oleh penari yang merupakan murid-muridnya yaitu Lenda, Lendi, Waksirsa, Gandi, Guyang, Mahisawadana, Lendya, dan Larung (Murid kesayangan Calonarang).

Suasana dalam adegan ini dibuat dengan penuh mistis dan menyeramkan. Para murid dengan rambut terurai dan memakai kain putih melakukan adegan menari, yang melambangkan mereka sedang belajar ilmu hitam kepada sang guru. Adegan ini juga sebagai simbol murid-murid Calonarang yang bahagia mengabdi kepadanya.

Baca Juga: 5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTok

2. Adegan Madri

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang LeakPatih Madri (tengah) yang akan menemui Raja Airlangga. (YouTube.com/Jik Gelu)

Madri termasuk patih sakti yang menjadi andalan Kerajaan Daha. Dalam adegan ini, Patih Madri menari dengan gerakan yang dipengaruhi oleh Tari Panji Pagambuhan.

Adegan ini menceritakan tentang Patih Madri yang dipanggil oleh Raja Airlangga untuk mengutarakan kesedihannya. Bahwa dirinya tidak jadi mempersunting Ratna Manggali, karena dituduh memiliki ilmu hitam oleh Rakyat Daha. Raja kemudian mengutus Patih Madri untuk menyampaikan pembatalan ini kepada Calonarang ke Kerajaan Dirah.

3. Adegan Matah Gede dan Patih Madri

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang LeakPatih Madri bertarung melawan Larung yang terlah berubah menjadi burung raksasa. (YouTube.com/ Tu Hendra)

Pada bagian ini dikisahkan kalau Calonarang tengah menantikan keputusan Raja Airlanggai mengenai putrinya. Patih Madri kemudian datang membawa surat pembatalan perkawinan Raja Airlangga dan Ratna Manggali.

Calonarang menjadi sangat murka, dan berencana menyerang Kerajaan Daha bersama murid serta pengikutnya. Ia mengutus Larung untuk mengirim wabah penyakit ke kerajaan yang dipimpin oleh Raja Airlangga tersebut.

Selain itu, Larung juga diperintahkan untuk membunuh Patih Madri. Patih Madri yang dalam perjalanan pulang ke Kerajaan Daha, dihadang oleh Larung yang telah berubah wujud menjadi burung besar menyeramkan.

Adegan ini dibuat dengan sangat menegangkan, di mana Patih Madri kalah dan buta karena matanya dipatuk oleh burung besar tersebut.

4. Adegan pengerehan Calonarang

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang LeakMurid-murid Calonarang menari bersama Calonarang. (YouTube.com/DEK ARTA BALI channel)

Adegan penuh suasana mistis ini menceritakan Calonarang yang sedang mengumpulkan seluruh muridnya untuk menghancurkan Kerajaan Daha menggunakan ilmu hitam. Sembari memohon kekuatan kepada Dewi Durga yang dipujanya, Calonarang beserta murid-muridnya diceritakan berubah wujud menjadi sosok yang sangat menyeramkan.

Calonarang berubah menjadi rangda, sedangkan murid-muridnya berubah wujud menjadi leak dengan rambut terurai, mukanya menakutkan, dan memakai kerudung kain yang berisi rajahan (Gambar dan tulisan Bali).

Calonarang beserta muridnya kemudian menari-nari. Meskipun gerakannya sederhana, namun mampu menimbulkan suasana menyeramkan. Gerakannya melompat-lompat sambil mengibaskan kain putih yang digunakan sebagai kerundung.

5. Adegan mengundang leak dalam watangan atau bangke matah

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang LeakAdegan watangan dalam Calonarang (YouTube.com/Darma Suwitra)

Ini adalah adegan yang ditunggu-tunggu oleh para penonton. Walaupun sesungguhnya bukan adegan utama, namun pementasan ini menjadi sajian utama dalam Calonarang. Bahkan terkadang menjadi ukuran sukses atau tidaknya gelaran drama tari sakral ini.

Dalam adegan ini terdapat watangan atau bangke matah, yaitu seseorang yang berperan menjadi mayat. Ia seolah-olah sudah mati dan terkadang ada yang dibuat seperti mati suri, atau tubuhnya menjadi kaku ketika berperang sebagai sosok watangan.

Watangan adalah simbol dari banyaknya warga Kerajaan Daha yang meninggal karena ilmu hitam Calonarang beserta muridnya. Watangan ini diupacarai layaknya prosesi orang yang telah meninggal di Bali seperti memandikan jenazah, diupacarai, dan sebagainya.

Setelah selesai dimandikan, sang juru undang melakukan adegan mengundang para penganut aliran hitam atau yang sedang mempelajari ilmu leak untuk datang ke lokasi. Tujuannya untuk mencoba kekuatan dari Ida Sesuhunan dan ilmu dari praktisi spiritual yang melindungi lokasi acara dengan kekuatan gaibnya.

Walaupun leak yang datang tidak bisa terlihat dengan mata biasa, namun entah kenapa adegan ini cukup mistis dan para penonton seperti terbius merasakan suasana mistis selama prosesi ini.

Setelah prosesi mengundang leak selesai, dilanjutkan dengan membawa watangan ke kuburan di desa adat setempat untuk dibangunkan kembali. Namun ada beberapa pementasan yang melakukan prosesi dengan mengubur watangan layaknya orang yang telah meninggal.

6. Pertarungan Patih Taksara Maguna melawan Calonarang

6 Adegan Sakral dalam Calonarang, Ada Prosesi Menantang LeakPatih Taksara Maguna bertarung melawan Calonarang. (YouTube.com/Dharma Shanti Wisesa)

Patih Taksara Maguna merupakan patih sakti yang tersisa dari Kerajaan Airlangga. Ia mendapat tugas untuk membunuh Calonarang di Kerajaan Dirah dan memusnahkan seluruh kekuatan jahat beserta para muridnya.

Pada adegan ini diceritakan, bahwa Calonarang telah nyukti rupa (Berubah wujud) menjadi sosok rangda yang amat menyeramkan. Wajah angkernya, mata melotot, taringnya panjang, dan lidah yang menjulur panjang. Namun Patih Taksana Maguna tidak takut. Ia masuk ke rumah Calonarang, yang diceritakan dalam adegan seorang patih menaiki tragtag (Tangga) untuk masuk ke rumahnya.

Calonarang yang telah bersiap menunggu sang patih kemudian menyerangnya. Dalam adegan ini terdapat prosesi Patih Taksara Maguna menusuk sosok rangda berkali-kali.

Namun akhir dari adegan ini tidak diceritakan, apakah sang patih berhasil membunuh Calonarang atau tidak. Ini adalah simbol bahwa kejahatan di muka bumi akan selalu ada.

Adegan penutup dari pertunjukan Calonarang biasanya diisi oleh prosesi yang tak kalah sakral dan mistis. Yaitu ketika Ida Sesuhunan yang berada di pura tempat pertunjukan Calonarang sedang mesolah (Menari). Prosesi ini sering disebut dengan istilah napak pertiwi. Biasanya diikuti oleh beberapa orang yang kesurupan (Kerauhan) sedang menusuk-nusuk badannya sendiri, atau menusuk rangda menggunakan keris.

Selain sebagai seni pertunjukan, Drama Tari Calonarang memiliki tujuan untuk meruwat atau membersihkan daerah di sekitar tempat pertunjukan tersebut dari kekuatan-kekuatan negatif yang mengganggu kehidupan masyarakat.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya