Sejarah Pura Luhur Pakendungan, Piodalan pada Hari Kuningan
Rahajeng Kuningan, semeton
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari Raya Kuningan jatuh setiap 210 hari sekali tepatnya Sabtu, Saniscara Kliwon, wuku Kuningan. Terdapat beberapa pura yang piodalannya (upacara utama atau perayaan hari jadi tempat suci) jatuh pada Hari Raya Kuningan. Satu di antaranya Pura Luhur Pakendungan.
Pura Luhur Pakendungan masih satu kawasan dengan Pura Luhur Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Seperti apa ya sejarah Pura Luhur Pakendungan Tabanan ini, dan bagaimana kaitannya dengan keris pusaka Ki Baru Gajah?
Baca Juga: Bedanya Hari Raya Kuningan dan Galungan di Bali
Baca Juga: Isi Sarana Upacara Hari Raya Kuningan, Beda dengan Galungan
1. Sejarah Pura Luhur Pakendungan
Menurut Purana Pura Luhur Pakendungan, pura yang terletak di Barat Pura Tanah Lot ini selesai dibangun pada tahun 1408 Masehi atau tahun Saka 1330. Pura ini selesai dibangun sebelum Dang Hyang Nirarta melakukan perjalanan suci ke Desa Beraban. Sesampai Dang Hyang Nirarta yang juga memiliki sebutan Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh ini tiba di pura, ia mengajarkan berbagai keahlian dan ilmu keagamaan kepada masyarakat sekitar.
Dang Hyang Nirarta mengajar sambil duduk di sebuah batu lengser atau batu dengan bidang datar yang luas. Batu lengser ini tepat berada di bawah Pohon Pakendungan. Berkat jasa Dang Hyang Nirarta, maka pura ini diberi nama Pura Pakendungan.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.