TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Lulut Emas, Koloni Ulat Dianggap Pertanda Tidak Baik

Lagi ramai dibahas di TikTok nih

Penampakan kemunculan lulut emas di pekarangan warga. (YouTube.com/Yande)

Sebuah fenomena yang cukup viral di media sosial adalah kemunculan ulat berwarna emas. Ulat dinamakan lulut emas di Bali. Beberapa video maupun foto yang beredar memperlihatkan lulut emas tersebut muncul di pekarangan rumah.

Fenomena kemunculan lulut emas ini juga dikaitkan dengan pertanda tidak baik. Apa sebenarnya makna lulut emas ini? Berikut penjelasannya, dikutip dari tulisan berjudul "Tinjauan Tentang: Lulut", yang ditulis oleh I Gede Ketut Susrama, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 2017.

Baca Juga: 10 Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Negatif Versi Bali

Baca Juga: Asal Mula Barong Landung, Perpaduan Budaya Tionghoa dan Bali

1. Lulut emas adalah larva serangga

Penampakan kemunculan lulut emas di pekarangan warga. (YouTube.com/Yande)

Lulut emas adalah larva dari serangga agas yang memiliki nama latin fungus gnat larvae. Agas sering juga disebut dengan muring atau nyit-nyit dalam Bahasa Bali. Bentuk serangganya sangat kecil. Jika terkena gigitannya akan menyebabkan gatal, bentol seperti digigit nyamuk.

Badan dari lulut ini transparan dan kepalanya seperti kapsul. Bentuknya seperti belatung atau larva lalat. Bedanya, kalau belatung tidak mempunyai kepala mirip kapsul dan tubuhnya lebih pendek.

Lulut memiliki cairan kelenjar agak lengket pada tubuhnya. Karena transparan dan memiliki kelenjar, maka tubuh lulut seolah-olah akan berkilau seperti emas. Makanya sering disebut dengan nama lulut emas.

2. Lulut emas hidup di dalam tanah

Penampakan kemunculan lulut emas di pekarangan warga. (YouTube.com/Yande)

Tempat hidup lulut berada di dalam tanah. Hewan ini sebenarnya tidak hidup berkoloni. Namun karena sesuatu yang masih belum diketahui penyebabnya, lulut ini keluar ke permukaan tanah.

Begitu keluar ke permukaan tanah, lulut ini membentuk sebuah koloni. Mereka membentuk koloni diyakini sebagai cara lulut untuk menyamarkan tubuhnya yang kecil menjadi terlihat seolah-olah menjadi sangat besar.

Selain itu, pergerakan lulut ini sebenarnya sangat pelan. Namun karena berkoloni, mereka akan terlihat bergerak lebih cepat. Masing-masing lulut ini bergerak saling mendahului satu sama lainnya. Kelenjar di tubuhnya berfungsi agar lulut-lulut ini tidak terlepas dari koloni.

3. Makna kemunculan lulut emas menurut Lontar Bhasma Kertih

Penampakan kemunculan lulut emas di pekarangan warga. (YouTube.com/nayla x3)

Tentu saja kemunculan hewan-hewan dengan cara dan bentuk yang tak lazim di Bali dianggap memiliki ciri-ciri alam baik sekala (terlihat) maupun niskala (tidak terlihat). Contohnya kemunculan makhluk-makhluk di hutan lereng gunung secara tiba-tiba, bisa sebagai pertanda gunung akan meletus.

Begitu juga dengan kemunculan lulut emas di pekarangan rumah. Menurut Lontar Bhama Kretih, kemunculan lulut emas di pekarangan rumah memberikan tanda yang kurang baik atau juga sering disebut dengan karang panes. Berikut ini petikan isi Lontar Bhama Kretih:

Muah yan ana wong mentik ring babataring salu wong bhaya ngaran panes, yan ana lulut metu ring pakarangan kalulut bhaya ngaran panes, yan ana getih kentel ring pakarangan muang sumirat ring umah ring pakubuwan, tan pakarana karaja bhaya ngaran.

Artinya:

Kalau ada cendawan (jamur atau wong) yang tumbuh di bawah kolong tempat tidur, itu dinamakan wong bhaya artinya jamur panas. Jika ada lulut kuning atau lulut emas (Sejenis binatang seperti cacing kecil-kecil yang berkelompok) muncul di pekarangan, itu namanya kelulut bhaya yang menyebabkan panas pekarangan.

4. Ada upacara khusus atas kemunculan lulut emas

Ilustrasi upacara adat di Bali. (pixabay.com/jovanel)

Bagaimana jika ada lulut emas muncul di pekarangan? Lulut emas yang muncul tidak perlu dimatikan, karena nanti akan hilang sendiri kembali ke tanah atau mati dengan sendirinya. Namun yang perlu dilakukan menurut Lontar Bhama Kretih adalah melakukan upacara (persembahyangan) pecaruan (penyucian).

Sebaiknya upacara ini dilakukan tidak lebih dari tiga hari dan boleh mengadakan upacara pecaruan yang sederhana. Yaitu menggunakan sarana caru ayam brumbunan (ayam dengan bulu berwarna), prayascita durmanggala (sarana banten untuk menebus dosa atau penyucian), dan bayakaonan (sarana banten untuk menghilangkan hal negatif berkaitan egoisme).

Jika memungkinkan bisa ditambahkan dengan sarana Caru Pengasih Bhuta yang bertujuan agar semua unsur alam (Bhuta) menjadi pelindung pekarangan tersebut. Selama kemunculan lulut emas ini, kamu sebaiknya langsung berkonsultasi dengan orang suci yang memahami kejadian ini dan membuat sarana upacaranya.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya