TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cerita yang Diangkat dalam Ogoh-Ogoh di Denpasar 2023

Selain menghibur juga mengenalkan kisah hingga legenda

Ogoh-ogoh Trinetra Pralaya. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Mendekati Hari Pengerupukan, beberapa banjar telah menyelesaikan pembuatan ogoh-ogohnya. Beberapa banjar mengambil kisah sebagai tema ogoh-ogohnya, terutama mereka yang mengikuti perlombaan. Biasanya mereka mengambil kisah dari pewayangan, lontar, maupun legenda di tengah masyarakat Bali. Berikut ini deretan kisah yang diangkat dalam ogoh-ogoh di Denpasar tahun 2023.

Baca Juga: Mitos Burung di Dunia, Garuda Jadi Inspirasi Ogoh-ogoh Tainsiat 2023

Baca Juga: 5 Tradisi Sebelum Nyepi di Bali Selain Ogoh-Ogoh

1. Tenung Pengider Bhuana

Ogoh-ogoh Tenung Pengider Bhuana. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Bali terdapat lontar yang berisi ajaran ilmu kanuragan atau ilmu kewisesan, namanya Lontar Putusan Bhatara Dalem. Satu tingkatan ilmu kewisesan di lontar ini adalah Tenung Pengider Bhuana.

Ilmu ini biasanya dimiliki oleh penekun spiritual atau balian yang berfungsi untuk melakukan tenung atau ramalan. Terkadang juga bisa digunakan untuk membunuh seseorang. Tenung Pengider Bhuana adalah tingkatan sebelum menuju tingkatan tertinggi yaitu Ajian Lebur Kangsa.

Sejatinya, semua ilmu kewisesan itu tidak ada yang buruk. Hanya manusialah karena keserakahan dan kebencian, malah menggunakan ilmu ini untuk hal-hal yang tidak baik. Hal inilah yang kemudian ingin disampaikan oleh warga Banjar Kaja, Kelurahan Panjer, Kota Denpasar dengan membuat ogoh-ogoh menyeramkan dengan mengambil 'Tenung Pengider Bhuana' sebagai temanya.

2. Trinetra Pralaya

Ogoh-ogoh Trinetra Pralaya. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Trinetra Pralaya adalah kisah yang diambil dari cerita Ramayana. Trinetra merupakan anak dari Rahwana atau Prabu Dasamuka, Raja Alengka dari istrinya Dewi Sayempraba.

Hanoman kemudian menjadikan Dewi Sayempraba sebagai istrinya, dan dikaruniai anak bernama Trigangga. Trinetra dan Trigangga, yang merupakan saudara tiri ini (ibu sama dengan ayah yang berbeda), tidak tinggal bersama Rahwana namun bersama Dewi Sayempraba. Setelah dewasa, mereka menghadap ke Kerajaan Alengka.

Namun Rahwana tidak mau mengakui mereka sebagai anak, kecuali mau membunuh Rama dan Laksama. Mereka menyanggupi permintaan Rahwana, lalu menculik Rama dan Laksmana.

Hanoman datang membantu Rama dan Laksmana, namun dihalangi oleh Trigangga. Maka terjadilah pertempuran sengit, yang akhirnya dilerai oleh Bhatara Narada. Sang Bhatara menjelaskan kalau Trigangga adalah anak dari Hanoman.

Trigangga bersama Hanoman kemudian bersama-sama menggagalkan niat Trinetra untuk menghabisi nyawa Rama serta Laksmana. Trinetra memiliki topeng sakti yang mampu memancarkan sinar untuk menghanguskan apa pun.

Banjar Sekar Kangin, Kelurahan Sidakarya mengambil cerita ini untuk ogoh-ogohnya. Ogoh-ogoh itu menggambarkan Hanoman sedang menggunakan cermin untuk menghancurkan topeng Trinetra, yang turut dibantu oleh Trigangga.

Sebab Hanoman mendapatkan nasihat dari Wibisana, bahwa cermin dapat menghancurkan topeng sakti milik Trinetra. Hanoman akhirnya berhasil menghancurkan topeng dan membunuh Trinetra.

3. Panca Korsika

Ogoh-ogoh Panca Korsika. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Panca Korsika ini berasal dari naskah Lontar Purwa Bhumi Kamulan, bercerita mengenai awal lahirnya Bhuta Kala (kekuatan negatif) di alam semesta. Hal ini terkait dengan Dewa Siwa yang bermaksud untuk menciptakan alam semesta.

Dewa Siwa memiliki lima anak yang disebut Panca Korsika. Dewa Siwa mengutus empat anaknya, Sang Korsika, Sang Garga, Sang Kurusya, dan Sang Maitri untuk turun menciptakan alam semesta. Namun keempat putranya ini gagal melaksanakan tugasnya, sehingga dikutuk oleh Dewa Siwa menjadi Bhuta Kala.

Dewa Siwa kemudian mengutus anaknya yang bernama Sang Pretanjala, untuk menciptakan alam semesta. Namun Sang Pratanjala meminta syarat kepada Dewa Siwa agar ia dibantu oleh ibunya, Dewi Uma. Permintaan itu dikabulkan. Sehingga Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil menciptakan Bhuwana Agung (makrokosmos) yang terdiri dari lima unsur atau disebut dengan nama Panca Mahabhuta yaitu Apah, Bayu, Pertiwi, Teja, dan Akasa.

Selain itu, mereka menciptakan makhluk halus menjad tiga kelompok. Pertama, kelompok yang tidak baik seperti raksana, denawa, pisaca, dan daitya. Kedua, Kelompok yang baik seperti widyadara-widyadari, gandarwa, dan kinara. Ketiga, adalah makhluk halus yang derajatnya di bawah kedua kelompok sebelumnya yaitu memedi, tonya, bregala-bregali, dan sejenisnya.

Dewi Uma saat itu berubah wujud menjadi Bhatari Durga, dan Sang Pretanjalipun menjadi Mahakala. Mereka kemudian duduk di tengah-tengah bersama Bhatari Durga dan unsur Panca Mahabhuta yang ciptaannya.

Ia kemudian mengajak keempat saudaranya yang telah dikutuk menjadi Bhutakala. Mereka diberikan tempat yaitu Korsika di timur, Maitri di barat, Kurusya di utara, dan Garga di selatan. Banjar Singgi, Kelurahan Sanur berhasil mewujudkan cerita Panca Korsika ini dalam wujud ogoh-ogoh.

4. Siwa Sarabha

Ogoh-ogoh Siwa Sarabha. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Sarabha adalah wujud awatara Siwa saat turun ke Bumi dengan mengambil bentuk singa berkepala burung dan memiliki sepasang sayap. Awatara Siwa ini muncul pascaturunnya Awatara Wisnu yang bernama Narasinga (Narasimha).

Setelah berhasil membunuh Raksasa Hiranyakasipu dengan meminum darah dan mencabik-cabik tubuhnya, Narasinga malah menjadi tidak terkendali. Ia membuat kekacuan di mana-mana.

Beberapa Dewa berusaha menghalanginya namun tidak berhasil. Bahkan Laksmi sebagai istri Dewa Wisnu tidak bisa menenangkannya. Dewa Siwa lalu mengutus Virabhadra untuk menghadapi Narasinga. Namun kekuatan dan kesaktian pasukan terbaik Dewa Siwa tersebut bukan tandingannya Narasinga. Makanya ia mudah mengalahkan Virabhadra.

Siwa kemudian turun ke Bumi dengan mengambil wujud Sarabha untuk menghadapi Narasinga. Narasinga berhasil dikalahkan, dan Dewa Wisnu tidak pernah lagi mengambil wujud hewan maupun manusia setengah hewan selama menjadi awatara.

Banjar Anggarkasih, Kelurahan Sanur mewujudkan kisah pertempuran Narasinga melawan Sarabha tersebut untuk ogoh-ogohnya, dengan judul Siwa Sarabha. Ogoh-ogoh ini memiliki detail dan struktur yang sangat bagus.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya