[OPINI] Mengapa Anak Muda Bali Bisa Jadi Ngekoh?

Oleh : I Gede Sukra Darmayasa SPdH MPd

Dalam kehidupan sehari-hari kita sangat perlu memiliki seseorang yang bisa dijadikan sebagai figur atau contoh sebagai panutan ketika melakukan sesuatu. Apalagi anak yang masih kecil dan muda, sangatlah perlu dituntun, dibimbing, dan diarahkan agar ia bisa selalu berjalan ke jalan yang benar (Dharma) sesuai dengan ajaran agama.

Bila diamati, dalam kehidupan sehari-hari anak kecil pasti senang sekali meniru perilaku dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa. Tidak salah bila para ilmuan mengatakan anak kecil itu bagaikan kertas putih bersih yang belum berisi coretan atau tulisan. Anak kecil dan anak muda sangatlah mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan orang-orang sekitarnya.

Terlebih anak-anak yang baru beranjak dewasa, dalam masa peralihan atau pencarian jati dirinya, perlu pengawasan ekstra agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif. Orangtua, para sesepuh atau orang suci, dan orang yang lebih dewasa harus bisa memberikan contoh perilaku dan sikap yang lebih baik agar dapat dijadikan sebagai figur atau panutan.

Begitu pula bila ada anak muda yang mau berkreasi atau belajar hal yang baik, seyogyanya didukung dan diberikan dorongan serta apresiasi agar bisa lebih semangat dalam berkarya. Anak muda pada dasarnya sangat senang bila diperhatikan dan dihargai oleh orang yang lebih dewasa. Sebagaimana sifat dasar manusia, semua orang pasti suka diberikan perhatian. Hal ini bisa terlihat ketika seseorang mengerjakan sesuatu ada yang memberikan perhatian, pasti akan lebih semangat bekerja.

Pemicu budaya ngekoh

[OPINI] Mengapa Anak Muda Bali Bisa Jadi Ngekoh?IDN Times/Ayu Afria

Ke depan anak kecil dan generasi muda inilah yang akan memegang peranan penting menggantikan orangtua, para sesepuh, orang suci, dan pemimpin-pemimpin saat ini. Karenanya, berikanlah perhatian, bimbingan, dan tuntunlah selalu anak kecil dan anak muda agar nanti setelah dewasa bisa menjadi orang berguna. Bila salah, benahi dan tegurlah dengan kata-kata yang halus, baik, serta bersifat mendidik.

Saat seorang anak muda yang baru belajar berkreasi dan mendapatkan suatu hasil atau prestasi yang sangat bagus, namun ternyata kurang mendapat suatu penghargaan dan apresiasi. Hal tersebut bisa menjadi salah satu penyebab munculnya rasa malas (ngekoh) ketika akan belajar atau mencoba hal baru lainnya. Perhatian sekecil apa pun yang didapatkan dari orang lain, apalagi dari seorang tokoh besar atau sebagai figur di masyarakat, akan menjadi suatu vitamin penyemangat tersendiri untuk berkreasi mengukir prestasi yang lebih baik. 

Selain itu anak muda juga sangat memerlukan seorang figur yang bisa dijadikan panutan yang mampu memberikan contoh positif dan tauladan untuk anak-anak muda. Akan tetapi, fenomena saat ini yang terjadi, sering kita dapati tokoh-tokoh figur yang seharusnya bisa menjadi panutan, justru melakukan hal-hal yang tidak mencerminkan sosok tauladan, baik dari kata-kata maupun tindakan.

Belakangan, marak oknum pemimpin-pemimpin di negeri ini yang tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus korupsi. Tentu kita masih menyimpan harapan yang besar bahwa ke depan akan muncul tokoh-tokoh pemimpin yang benar-benar bertujuan memimpin, yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan saja sehingga Indonesia bisa berkembang menjadi negara maju.

Jangan berkecil hati

[OPINI] Mengapa Anak Muda Bali Bisa Jadi Ngekoh?IDN Times/Irma Yudistirani

Teruntuk para generasi muda yang mungkin saat ini masih kurang mendapatkan perhatian atas prestasi-prestasi yang sudah diukir, jangan berkecil hati. Tetap semangat dan selalu berinovasi mengukir prestasi untuk masa depan yang lebih gemilang.

Tanamkan dalam diri bahwa karya atau prestasi yang sudah kita hasilkan saat ini akan menjadi kenangan yang abadi untuk anak cucu nanti. Gali dan asah semua kemampuan dan potensi-potensi yang ada dalam diri karena kita yakin Tuhan sudah memberikan kemampuan dan kelebihan kepada setiap orang. Kita yang harus terus menggali potensi yang ada tersebut untuk mengukir prestasi dan masa depan yang lebih baik.

*) Penulis adalah alumni pasca sarjana IHDN Denpasar dan penyuluh Agama Hindu Non PNS Kabupaten Bangli

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya