Wabah COVID-19 yang menyita perhatian dunia sejak tahun lalu akhir-akhir ini membuat segala sesuatu makin tidak menentu. Hampir seluruh sektor kehidupan publik diuji kemapanan sekaligus produktivitasnya ketika harus head to head dengan pandemik ini.
Tercatat hingga Sabtu (23/05/2020) secara global ada 5.061.476 orang yang terkonfirmasi positif dan 331.475 di antaranya meninggal. Di Indonesia, angka kematian sudah mencapai 1.351 dengan pasien positif 21.745 orang. Berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan laju penyebaran Virus Corona. Termasuk penutupan sementara aktivitas akademik pada semua jenjang pendidikan.
Berkaca dari Wuhan, sebuah penelitian dilansir, bahwa penutupan sekolah bisa mengurangi penyebaran virus hingga 40-60 persen. Disusul kemudian dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), instruksi untuk tidak mudik, dan larangan massa berkumpul sampai wabah di Tanah Air benar-benar bisa diatasi.
Namun masalah lain muncul tatkala masyarakat tidak punya kesadaran untuk patuh pada apa yang telah dianjurkan. Mereka menabrak aturan physical/social distancing dan seolah tidak peduli dengan nasib pihak lain yang sedang bertaruh nyawa oleh karena pandemik ini.
Rabu, (29/04/2020) lalu misalnya, delapan orang pemudik asal Surabaya nekad sembunyi di dalam bak mobil pick up yang ditutup terpal hingga akhirnya berhasil diketahui aparat kepolisian. Peristiwa lain yang sedang viral di media sosial, persisnya pada hari Kamis (14/04/2020), tampak antrean panjang penumpang di terminal dua Bandara Soekarno Hatta.
Mereka seolah tidak hirau dengan mereka yang sedang berjuang jadi frontliner di tengah serangan wabah mematikan ini (baca: tenaga medis). Mereka seakan tak peduli lagi dengan keselamatan hidup bersama, maupun dengan keselamatan dirinya sendiri. Sederet fakta serupa lainnya pun terungkap, sehingga rasanya tidaklah berlebihnan jika kita berkesimpulan bahwa memang betul bangsa Indonesia masih punya pekerjaan rumah terkait dengan pembangunan manusia.
Belum hilang dari ingatan kita bahwa salah satu arahan Presiden Jokowi di awal periode keduanya adalah membangun sumber daya manusia.