Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Siluet wanita (Pexels.com/Pixabay)
Siluet wanita (Pexels.com/Pixabay)

Dalam perjalanan hidup, kebahagiaan adalah tujuan yang diidamkan semua orang. Namun, sering kali, pengalaman yang paling membentuk diri kita bukanlah kebahagiaan, melainkan penderitaan. Pertanyaan muncul: mengapa kita justru lebih banyak belajar dari kesedihan daripada dari saat-saat penuh suka cita? Apakah ada logika yang tersembunyi dalam penderitaan yang mengungkapkan kebenaran tentang siapa kita dan bagaimana kita berkembang?

Kesedihan, dalam banyak budaya dan pemikiran filsafat, sering dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari. Akan tetapi, jika kita melihat lebih dekat, kesedihan bukan hanya emosi negatif yang perlu dihilangkan. Ia adalah cermin dari kerentanan kita sebagai manusia, serta alat yang memaksa kita untuk menghadapi kenyataan dengan cara yang lebih mendalam.

Penderitaan sebagai guru kehidupan

Penderitaan mengungkapkan sisi kehidupan yang sering kali tersembunyi di balik kenyamanan. Ketika segala sesuatu berjalan lancar, kita cenderung terlena dan menerima keadaan tanpa banyak mempertanyakan. Namun, saat kita menghadapi kesulitan atau penderitaan, kita dipaksa untuk berpikir lebih dalam tentang makna hidup, tujuan kita, dan bagaimana kita seharusnya bertindak.

Editorial Team

Tonton lebih seru di