Penggunaan media sosial (medsos) semakin meningkat di tengah masyarakat, termasuk anak-anak di bawah umur. Entah mereka didampingi orangtua atau memang orangtuanya yang cuek, aku juga kurang begitu paham. Tapi yang aku lihat, anak-anak semakin mudah mengakses medsos, terlebih sekarang yang sedang digandrungi, TikTok.
Belakangan ini, medsos membuatku sangat kesepian. Semakin sering mengaksesnya, semakin aku merasakan kesepian. Entah ada korelasinya atau tidak, tapi itulah yang sedang aku rasakan. Aku semakin merasa kesepian ketika berselancar di medsos, dan tanpa kusadari banyak sekali waktuku terbuang sia-sia hanya karena menatap feed Instagram atau timeline Twitter.
Aku mau cerita sedikit tentang kondisiku. Tahun 2017, aku didiagnosa Bipolar oleh dokter. Semenjak itu, aku selalu minum obat hingga sekarang. Perkembanganku sebagai seorang Bipolar naik turun, ada hal baik dan buruk yang terjadi kepadaku. Namun entah kenapa yang aku rasakan hanyalah hal buruknya saja (hal baik selalu tertutupi dengan hal buruk, menurutku). Setiap bulan aku merasakan naik turun perubahan suasana hati, beradaptasi dengan obat, hingga menjalani kiat-kiat menghadapi perubahan suasana hati yang sangat ekstrem.
Banyak hal yang aku pelajari. Syukurlah. Sekarang aku dapat (setidaknya) sedikit menahan diri ketika hal-hal buruk terjadi, fase depresi misalnya. Fase di mana aku akan merasa sedih, kesal, sepi, dan tidak bergairah sama sekali. Semuanya sudah aku lewati. Entah secara baik atau tidak, tapi aku melewati masa buruk itu.