[OPINI] Bisakah Kita Memahami Kebaikan Tanpa Kejahatan?

Kebaikan dan kejahatan, dalam pemikiran manusia, sering kali hadir sebagai dua kutub yang saling bertolak belakang. Kita mengenal kebaikan karena kita tahu apa itu kejahatan, dan sebaliknya. Namun, apakah mungkin memahami kebaikan tanpa adanya kejahatan sebagai lawannya? Bisakah cahaya dipahami tanpa adanya bayangan gelap yang memberi kontras pada sinarnya?
Dualitas moral: apakah mereka selalu terhubung?
Sebagai manusia, kita sering terjebak dalam konsep dualitas. Filsuf-filsuf kuno seperti Heraklitus dan Laozi mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada dalam keseimbangan, dan setiap elemen memiliki pasangan yang berlawanan. Cahaya dan kegelapan, baik dan jahat, kesedihan dan kebahagiaan—semua ini saling bergantung. Pemikiran ini mengimplikasikan bahwa tanpa satu, yang lainnya tidak dapat dipahami atau bahkan ada.
Namun, apakah kebaikan hanya bisa ada jika ada kejahatan untuk dibandingkan? Jika kita hidup di dunia yang hanya dipenuhi oleh kebaikan, apakah kita akan tetap memahami apa itu kebaikan, atau akankah konsep itu kehilangan maknanya karena tidak ada kontras untuk menentukannya? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, namun menarik untuk dipikirkan.