Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DB

Jika tidak rapid test, RS tidak mau memeriksanya

Karangasem, IDN Times - Seorang warga asal Kabupaten Karangasem berinisial Ngurah A, mengungkapkan pengalamannya ketika memeriksa di sebuah rumah sakit selama pandemik COVID-19. Kondisinya yang saat itu sudah sangat lemah, Ngurah A tidak langsung mendapatkan penanganan medis. Namun ia diminta untuk melakukan rapid test, sebelum diperiksa kesehatannya.

Sebab ia mengeluh panas, sakit persendian, lemas pusing, dan mual. Ia khawatir kena demam berdarah (DB).

1. Dalam keadaan lemas, Ngurah A diminta rapid test

Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DBIlustrasi rapid test. (Humas Pemprov Sulsel)

Ngurah A ketika dikonfirmasi via WhatsApp menjelaskan, kejadian itu dialaminya sekitar pertengahan bulan April lalu. Ia yang mengalami keluhan panas, sakit persendian, lemas, pusing, mual hendak memeriksakan diri di RS daerah Karangasem.

Namun ketika bertemu tim medis, Ngurah A diminta melakukan rapid test COVID-19 terlebih dahulu. Ia merasa tidak mengalami gejala khas COVID-19 seperti sesak maupun batuk.

"Saya diarahkan rapid test, baru bisa lanjut tes yang lain," ungkap Ngurah A, Jumat (29/5).

Baca Juga: Bali Tidak Mau Normal Baru, Koster: Pemda yang Paling Tahu Lapangan

2. Biaya rapid test antara Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Ngurah A akhirnya pulang dalam kondisi sempoyongan

Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DB(Ilustrasi uang) IDN Times/Ita Malau

Menurut Ngurah A, ketika itu tim medis memberikan rincian biaya rapid test antara Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Jika tidak melakukan rapid test, pihak RS tidak akan melanjutkan pemeriksaan untuk keluhan yang dialami Ngurah A. Ngurah A yang merasa terkena gejala DB, seharusnya segera dilakukan pengambilan darah untuk cek laboratorium. Apalagi kondisinya sudah sangat lemas.

"Cuma karena saya bawa uang pas-pasan karena sudah tidak kerja, jadi saya tidak berani lanjut tesnya," ungkap Ngurah A

Dengan alasan meminta persetujuan dulu dari keluarga, Ngurah A kembali pulang dalam kondisi sempoyongan.

3. Ngurah A memilih ke RS lain dan ia didiagnosa menderita DB

Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DBFoto ilustrasi (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Akhirnya Ngurah A memilih periksa di RS lain. Beruntung ia langsung ditangani oleh RS tersebut. Sampel darahnya langsung diambil. Dari hasil diagnosa, Ngurah A mengalami DB. Ia harus mendapatkan perawatan selama empat hari.

"Ini mungkin efek pandemik, jadi semuanya ketakutan. Astungkara saya sudah sembuh," jelasnya.

Baca Juga: Tidak Ada Pertunjukan Tarian Jika Bali Terapkan Normal Baru

4. Diskes Karangasem tidak memberikan protokol harus rapid test untuk pemeriksaan DB

Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DBIlustrasi virus corona/Dok. IDN Times

Sementara itu Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama, menegaskan, Dinas Kesehatan Karangasem tidak mengeluarkan instruksi atau protokol ke pihak RS untuk menawarkan rapid test kepada pasien yang hendak memeriksakan gejala DB.

"Tidak ada instruksi atau protokol Kesehatan dari Dinas kesehatan Karangasem seperti itu. Silakan konfirmasi ke direktur RS yang dimaksud mereka memakai protokol dari mana," tegas Gusti Bagus Putra.

5. CSC menemukan gejala baru COVID-19. Seperti menggigil, panas dingin, sakit otot, hingga kehilangan daya penciuman atau rasa

Cerita Warga Karangasem, Diminta Rapid Test saat Periksa DBIlustrasi virus corona (IDN Times/Rochmanudin)

Sementara itu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan adanya gejala baru yang bisa diderita pasien COVID-19. Sebelumnya, gejala yang terlihat hanyalah batuk-batuk serta mengalami pneumonia. Namun dengan kemampuan mutasinya, virus yang masih tergolong dalam H1N1 ini memberikan gejala-gejala lain. Seperti menggigil, panas dingin, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan daya penciuman atau rasa.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya