Habis N250 Terbitlah R80! Inilah Cerita Pesawat Rancangan BJ Habibie

Krisis moneter tak menyurutkan BJ Habibie untuk terus maju

Denpasar, IDN Times - Putra terbaik bangsa yang pernah menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau akrab disapa BJ Habibie, meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pukul 18.03 Wib, Rabu (11/9). Ia meninggal di usia 83 tahun karena gagal jantung. BJ Habibie disemayamkan di Tempat Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9).

Wakil Presiden ke-7 di masa pemerintahan Soeharto ini merancang sebuah pesawat dan pernah terbang perdana di langit Kota Bandung pada tahun 1995. Pesawat itu diproduksi oleh PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Namun proyeknya terhenti di era 1998-an karena krisis moneter. Ini bukan langkah terakhir baginya. BJ Habibie kembali merancang sebuah pesawat R80 yang kini dibanjiri pesanan. Seperti apa spesifikasi dan sejarah singkatnya? Simak ulasannya di bawah ini:

1. Prototype pesawat BJ Habibie pernah terbang perdana di Bandung dan proyeknya berhenti karena krisis moneter

Habis N250 Terbitlah R80! Inilah Cerita Pesawat Rancangan BJ Habibiedeviantart.com/trafiraair-1302

Regio Aviasi Industri (RAI) didirikan tahun 2012 oleh BJ Habibie. Perusahaan inilah yang melahirkan pesawat Regio Prop 80 (R80) dan disebut sebagai the next N250. N250 sendiri merupakan pesawat penumpang sipil rancangan pertama Bj Habibie, yang pernah diperkenalkan pada tahun 1989 dalam ajang Paris Air Show.

Dilansir dari indonesian-aerospace.com, proyek pesawat penumpang sipil tersebut (N250) digarap oleh PT IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia). Kala itu IPTN memproduksi dua jenis pesawat. Pertama adalah N-250 Gatotkaca. Kedua yaitu N250 Krincing Wesi.

N-250 Gatotkaca ini berkapasitas 50 penumpang dan melakukan terbang perdana selama 55 menit tanggal 10 Agustus 1995 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Penerbangan perdana tersebut disaksikan sendiri oleh Presiden Soeharto.

Berikutnya N250 Krincing Wesi. Pesawat ini berkapasitas lebih besar dari sebelumnya. Yaitu 68 penumpang dan terbang perdana tanggal 19 Desember 1996. Namun kedua pesawat yang masih berstatus prototype ini dihentikan oleh Presiden Soeharto atas rekomendasi lembaga kreditor, International Monetary Fund (IMF) tahun 1998 akibat krisis moneter.

Baca Juga: 7 Pelajaran Kisah Cinta Habibie dan Ainun yang Menginspirasi

2. Indonesia melalui Menhub menerima sertifikat hak paten pesawat turboprop berteknologi Fly by Wire tahun 2009

Habis N250 Terbitlah R80! Inilah Cerita Pesawat Rancangan BJ HabibieANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Pesawat generasi pertama, N-250 Gatotkaca dan N250 Krincing Wesi, menjadi satu-satunya pesawat turbo propeller (Turboprop) di dunia yang menggunakan teknologi Fly by Wire (FBW). Bahkan R80 juga menyematkan teknologi FBW ini. Dilansir dari regio.aviasi.co.id, FBW pertama kali disematkan pada pesawat Airbus A-300. Kedua adalah N250, dan ketiga adalah triple seven (Boeing 777). Sementara dalam skala regional, N250 merupakan pesawat pertama di dunia yang mengadopsi FBW. Teknologi ini mampu membuat pesawat melesat dengan kecepatan di atas 300 knot.

Jusman Syafii Djamal, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan di era pemerintahannya Susilo Bambang Yudhoyono, menerima sertifikat hak paten Sistem Kendali Pesawat Terbang Berbasis Elektronik (Fly by Wire) dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM (Hak Asasi Manusia) pada Februari 2009. Penyerahan sertifikat itu dilakukan oleh Dirjen HAKI, Andi N Sommeng, di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung.

Dilansir dari situs dephub.go.id, Jusman mengajukan paten tersebut sejak 21 Desember 1999 bersama rekannya, Ir Bambang Pamungkas. Saat mengajukan paten tersebut, Jusman menjabat sebagai Direktur SDM Administrasi dan Chief Engineer CN250 di PT DI.

3. R80 adalah pesawat rancangan BJ Habibie berikutnya yang banjir pesanan

Habis N250 Terbitlah R80! Inilah Cerita Pesawat Rancangan BJ Habibieregio-aviasi.co.id

R80 bisa dibilang generasi berikutnya. Karena dari kemampuan, desain, dan teknologinya mirip dengan N250. Bahkan R80 tetap menggunakan baling-baling di bagian atas badan pesawat sebagai penggeraknya, sama seperti N250. Mengapa masih memakai baling-baling? Alasan Komisaris PT RAI, Ilham A Habibie, yang dilansir dari Antara tanggal 28 Agustus 2013 silam, karena bisa jauh menghemat konsumsi bahan bakar ketika menggunakan baling-baling.

R80 ini didesain untuk menempuh jarak kurang dari 600 kilometer. Cocok untuk lintasan di Indonesia yang tidak terlalu panjang. Produksi tahap awalnya, kata Ilham, memerlukan dana 400 juta dolar AS. Meski masih dalam tahap pengembangan, pesawat ini sudah dipesan 155 unit.

"Dibeli oleh empat maskapai penerbangan dalam negeri," ungkap Ilham, yang dikutip dari Antara tanggal 11 Maret 2019.

Saat ini PT RAI masih dalam proses membuat purwarupa pesawat R80, dan diperkirakan akan selesai sekitar lima sampai enam tahun. "Insyaallah tahun 2024-2025 selesai. Memang lama," ujarnya.

4. Empat nama maskapai yang memesan pesawat R80 rancangan BJ Habibie:

Habis N250 Terbitlah R80! Inilah Cerita Pesawat Rancangan BJ HabibieFoto hanya ilustrasi. (wikimedia.org/Ralf Roletschek)

R80 ini dijual seharga 25 juta dolar Amerika Serikat. Empat maskapai dalam negeri yang disebut memesan R80 ini di antaranya (Dilansir dari regio-aviasi.co.id):

  • NAM Air (Anak perusahaan Sriwijaya Air) memesan 100 unit untuk menemani Boeing 737 yang sedang mereka operasikan saat ini. RAI dan NAM Air telah menandatangani Letter of Intent (LOI) pada 26 September 2013
  • Kalstar memesan 25 unit. Pesawat yang melayani Pulau Kalimantan iin merupakan transportasi udara kedua yang memesan R80, dan telah menandatangani kontrak LOI tanggal 20 Desember 2013
  • Trigana Air memesan 20 unit. Perusahaan swasta ini merupakan spesialis operator layanan pesawat turboprop yang melayani penerbangan bagian timur Indonesia seperti Papua, Maluku, dan Kalimantan. Trigana akan menggunakan R80 untuk meningkatkan (Upgrade) armada dan kinerjanya. RAI dan Trigana telah menandatangani kontrak LOI pada tanggal 18 Juni 2014
  • Aviastar, yang melayani transportasi udara untuk perusahaan-perusahaan minyak dan pertambangan berbasis di Jakarta serta Banjarmasin ini memesan 10 unit R80. Aviastar sudah menandatangani kontrak LOI pada tanggal 1 Februari 2017.

Baca Juga: Riwayat Sakit BJ Habibie Hingga Meninggal di Usia 83 Tahun

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya