ATSEA-2 Diklaim Berdayakan Ratusan Ribu Masyarakat Pesisir

Badung, IDN Times – Lebih dari seratus ribu masyarakat pesisir di wilayah Indonesia Timur menerima manfaat Program Arafura and Timor Seas Ecosystem Action (ATSEA). Hal ini disampaikan oleh Natural Resource Management Program Manager UNDP Indonesia, Iwan Kurniawan, tak lama ini. Mereka dilibatkan dalam berbagai pelatihan, peningkatan kapasitas, dan sebagainya. Misalnya pembuatan produk sabun dari rumput laut, pembuatan garam, hingga kopi dari Mangrove.
"ATSEA ini sudah dimulai sejak 2009, kemudian lanjut fase II. Manfaatnya sangat banyak sekali khususnya untuk pengembangan ekonomi lokal di daerah-daerah terpencil," terangnya.
1. ATSEA-2 merupakan program lintas batas 4 negara

Natural Resource Management Program Manager UNDP Indonesia, Iwan Kurniawan, mengatakan program ATSEA-2 merupakan program lintas batas yang meliputi penangkapan ikan ilegal (Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing/IUU Fishing), degradasi habitat laut, polusi, dan dampak perubahan iklim. Semua tantangan tersebut tidak hanya mengancam ekosistem laut, tetapi juga mata pencaharian masyarakat pesisir yang bergantung pada sumber daya tersebut.
"Program ini diinisiasi empat negara pesisir ya. Untuk mendukung tata kelola kelautan dan perikanan di wilayah Perairan Laut Arafura dan Timor," terangnya.
2. Pencapaian Indonesia dalam kerja sama ATSEA

Beberapa pencapaian tersebut meliputi perluasan kawasan konservasi laut dengan pembentukan Marine Protected Area (MPA) di Pulau Kolepom, Papua Selatan, seluas 350 ribu hektare. Pengelolaan perikanan berbasis ekosistem (Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management/EAFM) yang diimplementasikan di Kepulauan Aru, dan berhasil meningkatkan stok ikan serta kesejahteraan masyarakat pesisir. Serta pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok pengawasan berbasis komunitas (Pokmaswas) yang efektif dalam mengurangi penangkapan ikan ilegal.
"Masyarakat atau perempuan yang tadinya hanya ibu rumah tangga, melalui program ATSEA ini dikenalkan dengan literasi perbankan," lanjutnya.
3. Indonesia mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan Laut Arafura dan Timor

Untuk diketahui Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menjadi tuan rumah Pertemuan Regional Steering Committee (RSC) tahunan sebagai bagian dari program kolaborasi empat negara yakni Australia, Indonesia, Papua Nugini, dan Timor-Leste. Program lima tahun ini dikenal sebagai Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2).
Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan deklarasi Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, bersama Australia dan Papua Nugini pada 5 Desember lalu. Deklarasi tersebut menegaskan komitmen kolektif untuk melindungi dan melestarikan Laut Arafura dan Timor serta mendukung pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.
“Forum ini memastikan bahwa mekanisme tata kelola baru dapat menghadapi tantangan lintas batas secara efektif sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan Laut Arafura dan Timor,” ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP), I Nyoman Radiarta.