"Bayangkan dunia dengan infrastruktur yang sangat memprihatinkan. Anak-anak harus melintasi sungai untuk pergi ke sekolah. Bayangkan hidup tanpa akses terhadap air bersih. Bayangkan harus bepergian dengan kondisi jalan yang sangat parah," B20 Finance and Infrastructure Task Force Chair, Dr Ridha DM Wirakusumah.
Badung, IDN Times - Persoalan infrastruktur dan keuangan, khususnya di negara berkembang, dibahas dalam B20-G20 Dialogue: Finance and Infrastructure Task Force bertajuk building coalitions to enable greener and smarter infrastructure development at scale. Acara yang digelar di Nusa Dua, Kabupaten Badung, pada Kamis (15/7/2022) ini diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
Dr Ridha DM Wirakusumah yang juga CEO of Indonesia Investment Authority (INA), menegaskan bahwa infrastruktur benar-benar sangat dibutuhkan di dunia ini, termasuk di negara-negara G20. Kemajuan infrastuktur memberikan dampak dalam berbagai sektor kehidupan manusia, termasuk kesehatan, pendidikan, dan sektor lainnya.
"Negara berkembang sangat jauh tertinggal dari negara maju. Indonesia bahkan termasuk yang kedua paling tertinggal. Jadi infrastruktur ini menjadi kebutuhan dasar yang sangat diperlukan," ujarnya.
Ia juga menjelaskan betapa jauhnya kesenjangan infrastruktur antara dunia global dengan negara-negara G20. Perbedaan itu bahkan semakin membesar.
"Indonesia, sejak Kemerdekaan tahun 1945, pada 70 tahun pertama, hanya 700 kilometer jalan tol yang dibangun. Sementara selama 7 tahun terakhir, hampir 2.000 kilometer jalan tol yang dibangun," katanya.
Persoalan yang selama ini juga dihadapi dalam memperoleh pendanaan adalah kurangnya persiapan sebuah proyek, ketidakpastian aturan, risiko nilai mata uang, kurangnya transparansi, serta lemahnya mengelolaan keuangan jangka panjang.