Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata, I Gede Pitana, mengatakan dengan adanya pasar baru maka harus bisa membaca selera pasar. Dalam teori pengembangan pariwisata harus ada yang namanya pendekatan produk dan pendekatan pasar.
"Kita akan menggunakan pendekatan kombinasi, melihat pasarnya apa, kemudian melihat budaya kita jangan sampai terganggu. Misalnya, ada yang minta kasino ya tidak bisa karena melanggar," katanya.
Ia menambahkan, pasar milenial sebenarnya tidak akan jadi ancaman bagi pariwisata Bali. Tinggal bagaimana memanfaatkan sifat-sifat dari generasi ini untuk meningkatkan pariwisata Indonesia.
"Ujung-ujungnya untuk meningkatkan kesejahteraan kita. Dari dulu terbukti, pariwisata adalah sektor yang paling cepat untuk meningkatkan kesejahteraan dan paling friendly terhadap lingkungan dan kebudayaan," katanya.
Ia menyebutkan ciri-ciri milenial adalah melakukan eksplor, digitalisasi, menggunakan sharing ekonomi, dan melakukan interaksi.
"Gak mungkin sifat milenial itu merusak lingkungan," katanya.
Pada tahun 2030 nanti, 57 persen penduduk Asia adalah generasi milenial. Penduduk milenial Indonesia diperkirakan menempati posisi kedua dengan mencapai 87 juta jiwa. Sementara Cina akan mencapai 333 juta jiwa, disusul Filipina 42 juta jiwa, Vietnam 26 juta jiwa, dan Thailand 19 juta jiwa.