Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengisi meteran listrik (dok. PLN)

Denpasar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis Berita Resmi Statistik Indikator Strategi Provinsi Bali, pada Senin (3/1/2025). Ada beberapa topik yang dijabarkan seperti inflasi, nilai tukar petani (NTP), ekspor impor, transportasi, dan pariwisata.

Pada topik inflasi dan deflasi, BPS Provinsi Bali mencatat empat komoditas dengan andil terbesar pada deflasi bulanan. Pertama ada tarif listrik sebesar minus 1,43 persen. Sisanya ada canang sari, tarif angkutan udara, dan salak. Apa penyebab tarif listrik jadi empat komoditas dengan andil terbesar pada deflasi bulanan di Bali? Berikut penjelasan selengkapnya.

1. Diskon tarif listrik

Plt Kepala BPS Provinsi Bali, Kadek Agus Wirawan. (IDN Times/Yuko Utami)

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Provinsi Bali, Kadek Agus Wirawan, menjelaskan komoditas tarif listrik sebagai andil terbesar pada deflasi di Bali karena beberapa faktor. Satu di antaranya kebijakan diskon tarif listrik dengan daya 2200 VA. Meskipun termasuk komoditas yang mendapat kebijakan diskon, komoditas tarif listrik tetap masuk karena kondisi kualitas komoditas tetap alias tidak ada penurunan kualitas dalam pelayanan tarif listrik.

Ada juga lima komoditas dengan andil terbesar yang menahan deflasi bulanan. Urutan pertama ada cabai rawit sebesar 0,39 persen disusul cabai merah sebesar 0,24 persen. Dua cabai ini masuk jajaran karena beberapa faktor.

“Cabai rawit memberikan andil tertinggi menahan deflasi karena dipengaruhi musim panen, cuaca, dan distribusi pasokan,” ujar Wirawan di Kantor BPS Provinsi Bali, pada Senin (3/2/2025).

2. Komoditas ekspor terbesar di Bali adalah ikan, krustasea, dan moluska

ilustrasi udang (unsplash.com/Etienne Girardet)

Wirawan juga memaparkan kondisi ekspor dan impor di Bali. Nilai ekspor Bali sepanjang tahun 2024 sebesar US$ 634,50 juta. Angka ini meningkat 9 persen lebih dari tahun sebelumnya.

“Ekspor setahun mengalami surplus selama 2024 dicatat dari bea cukai barang yang keluar dari Bali dan eksportirnya dari Bali,” ujar Wirawan.

Lima besar negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Australia, Prancis, dan Jerman. Ikan, krustasea, dan moluska termasuk kelompok komoditas yang paling banyak diekspor.

Sedangkan nilai Impor Bali selama 2024 tercatat cukup tinggi sebesar US$ 168,74 juta. Kenaikannya mencapai 38 persen. Pada Desember 2024, komoditas barang impor dari Pakistan berupa serealia mengalami kenaikan hingga ratusan ribu persen. Sedangkan negara dengan barang impor tertinggi di Bali adalah Tiongkok pada komoditas ikan, krustasea, dan moluska.

3. Kunjungan wisata mancanegara di Bali meningkat

Ilustrasi Pantai Kuta. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Catatan BPS Provinsi Bali terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melebihi kondisi sebelum pandemik yaitu kini sebesar 6,3 juta. Sedangkan pada tahun 2021 hingga 2022, jumlahnya masih rendah diakibatkan pembatasan sosial.

Adapun kenaikan jumlah kunjungan wisman di Bali disebabkan oleh beberapa faktor seperti musim liburan, musim panas di Eropa, dan kegiatan internasional. Wirawan mengungkapkan, kenaikan ini kemungkinan terjadi pada tahun berikutnya dengan memperhatikan sejumlah faktor yang telah disebutkan.

Editorial Team