Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petani lebah Desa Selanbawak, Wayan Wirata (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Tabanan, IDN Times - Berawal dari rasa penasaran mengenai ternak lebah, Wayan Wirata pun belajar otodidak dalam beternak lebah. Usaha yang rintis sejak tahun 2017 lalu itu berkembang pesat. 

Kini, warga Desa Selambawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, itu bisa meraup keuntungan bersih sebesar Rp2 juta per bulan. Meski keuntungannya lumayan, namun pemasaran produk madu dari Wirata ini baru sebatas dijual di Desa Selanbawak.

Bisnis Wayan terkendala karena keterbatasan produksi.

1. Panen madu tergantung cuaca

Produk madu asal Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Ditemui di Festival Marga, Wirata tampak menata botol-botol madu produksinya. Ia menuturkan dalam memanen madunya ia tidak memiliki jadwal rutin.

"Selain itu, tergantung cuaca juga. Kalau cerah, bisa dapat lebih banyak. Kalau hujan dapat lebih sedikit," ujarnya, Jumat (14/6/2024)

Jika cuaca sedang bagus, rata-rata ia bisa memanen setidaknya dua liter madu. Biasanya, dia memanen dua jenis madu, yaitu madu biasa dan madu kela-kela.

"Untuk madu kela ini rasanya lebih asam dibandingkan madu biasa. Gunanya lebih ke pengobatan, seperti untuk gangguan lambung," ujar Wirata.

2. Wirata berjualan secara online

pilihlah pltfrom market place nya(pexels.com/Vlada Karpovich)

Selain menjual produk madunya secara langsung, Wirata menawarkan produk madunya secara online, salah satunya  Facebook. "Tapi rata-rata yang beli masih di beli warga desa. Produknya juga masih terbatas," ujarnya.

Untuk madu biasa, Wirata menjual beberapa ukuran. Ukuran 250 ml dia jual harga Rp100 ribu dan ukuran 500 ml dengan harga Rp200 ribu.

Sementara untuk madu jenis kela-kela, dia menawarkan dengan harga lebih mahal. Ukuran 100 ml dengan harga Rp100 ribu, ukuran 250 ml dengan harga Rp200 ribu, dan ukuran 500 ml dengan harga Rp350 ribu.

"Selain karena manfaatnya lebih kesehatan, madu kela-kela lebih mahal karena produksinya tidak sebanyak madu biasa," papar Wirata.

3. Tantangan mempertahankan populasi lebah

ilustrasi lebah (pexels.com/Suraj Mali)

Dalam beternak lebah, menurut Wirata, ia membuat rumah lebah di beberapa titik di perkebunan milik warga. Saat ini, dia memiliki 20 rumah lebah yang aktif, dari 30 rumah yang dia buat. "Sisanya punah karena tidak ada lebah yang bersarang," ujarnya.

Tantangan sekarang adalah mempertahankan populasi lebah di Desa Selanbawak. Jika ada penyemprotan zat kimia seperti pestisida, kata dia, lebahnya pasti pergi atau mati. Ini jadi tantangan dia untuk meminimalkan pemakaian zat kimia.

"Tetapi sampai sekarang bersyukurnya populasi lebah di Desa Selanbawak masih lestari," ujarnya.

Editorial Team