Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali (Dok.IDN Times/istimewa)
Temuan lebih lanjut dalam laporan SiteMinder juga menunjukkan bahwa 96 persen dari responden terbuka terhadap gagasan AI yang memantau pola pribadi mereka. Wisatawan Indonesia menjadi yang paling reseptif di dunia terhadap alat yang mampu memprediksi dan mencegah stres saat bepergian, termasuk melalui pemantauan data kesehatan sebesar 53 persen, energi dan kebutuhan sosial 50 persen, serta pola tidur 45 persen.
Pada tahun 2026, metode pembayaran favorit wisatawan Indonesia untuk pemesanan hotel diprediksi tetap melalui transfer bank sebesar 32 persen, diikuti digital wallet atau mobile wallet sebesar 28 persen, dan kartu kredit atau debit sebesar 24 persen. Namun, Gen Z lebih cenderung menggunakan digital wallet sebesar 32 persen.
Wisatawan Indonesia memiliki minat tinggi terhadap aktivitas di dalam hotel, dan lebih banyak dibandingkan wisatawan dari negara lain yang memesan layanan spa sebesar 45 persen dan menonton pertunjukan musik live 42 persen, diikuti aktivitas petualangan fisik sebesar 36 persen.
Sebanyak 65 persen wisatawan global menyetujui bahwa hotel memiliki hak untuk menaikkan harga pada periode ramai, dan angka ini melonjak menjadi 89 persen di Indonesia.
Sebanyak 84 persen wisatawan Indonesia mendukung hotel yang menggunakan data mereka untuk mempersonalisasi penginapan, peringkat tertinggi kedua secara global setelah Thailand 86 persen. Meskipun 33 persen menekankan pentingnya transparansi tentang bagaimana data tersebut digunakan.
"Ketika ditanya kekuatan super apa yang akan mereka pilih saat bepergian, 24 persen menjawab mereka ingin bisa berbicara dengan lancar dalam semua bahasa, 18 persen menginginkan kemampuan untuk selalu menemukan tempat-tempat lokal terbaik, dan 13 persen menginginkan akses ke toilet yang bersih setiap saat," jelasnya.