Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Arak kopi di Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Tabanan, IDN Times - Kopi campur arak Bali sempat menggaung saat pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan campuran minuman ini bagus untuk kesehatan, namun tos kopi tanpa gula campur arak menjadi agenda Gubernur Bali periode 2018-2023, Wayan Koster, setiap kali menerima kunjungan pengusaha hingga pejabat lokal, nasional, dan internasional di Jayasabha, rumah dinasnya Gubernur Bali di Kota Denpasar.

Meski begitu, arak kopi ini masih eksis sampai sekarang. Ada pengusaha di Kabupaten Tabanan yang mengolah buah kopi robusta menjadi arak. Ia adalah I Wayan Sudiantara, warga asal Desa Baru, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Sambil menunggu proses perizinan, arak kopi buatan Sudiantara sudah bisa dikonsumsi secara terbatas. Menurut dia, arak kopi memberikan rasa segar dan menghilangkan kantuk.

1. Berawal dari membuat arak tetabuhan untuk upacara keagamaan

Pembuatan arak berbahan dasar kopi dan buah-buahan di Marga, Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Pembuatan arak kopi ini berawal dari pandemik COVID-19 pada tahun 2020 lalu. Saat itu Sudiantara--yang bekerja sebagai guide-omenganggur karena ditutupnya aktivitas wisata di Bali kala itu. Ia kemudian mengikuti pelatihan yang mengajarkannya untuk membuat arak tetabuhan.

"Arak tetsabuhan ini kadar akoholnya tinggi, sekitar 70 persen. Jadi tidak bisa diminum. Biasanya digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan," ujarnya, Selasa (1/10/2024).

Berawal dari membuat arak tetabuhan, Sudiantara mencari cara agar bisa membuat arak minuman dengan kadar alkohol lebih rendah. Selain kopi, ia juga menggunakan buah-buahan sebagai bahan baku lainnya. Seperti Pisang, Wani, Boni, dan buah lain yang sedang musim.

2. Pembuatan arak dari kopi

Proses pembuatah arak tradisional di Marga, Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Sudiantara menjelaskan, untuk mendapatkan arak kopi dengan kadar alkohol yang pas dilakukan penyulingan sampai tiga kali. Lewat proses inilah ia mendapatkan kadar alkohol di angka 35 sampai 41 persen.

Langkah pembuatan arak kopi versi Sudiantara adalah:

  • Kopi robustra yang digunakan adalah buah kopi petik merah, dan dicuci bersih
  • Proses fermentasinya di tempat tertutup selama satu bulan
  • Setelah itu dilakukan proses penyulingan. Buah kopi yang sudah terfermentasi selama sebulan ini dipanaskan dan diambil uapnya.
  • Uap inilah yang nantinya menjadi arak.

3. Dipercaya menyembuhkan penyakit

Para wisatawan menikmati minuman arak di Marga, Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Menurut Sudiantara, dari segi rasa tentunya arak kopi ini memiliki rasa yang khas. Namun beberapa konsumen yang meminum arak buatannya ini memercayai jika araknya bisa menyembuhkan gejala flu dan demam.

"Ada juga yang kantuknya hilang setelah minum arak kopi ini," katanya.

Agar bisa dijual lebih luas, pihaknya sedang mengurus izin ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Sementara izin bebas metanol dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sudah dikantongi. Sembari menunggu perizinan itu, Sudiantara menjualnya secara terbatas ke restoran dan kafe milik sendiri di Desa Baru, Kecamatan Marga. Harganya Rp150 ribu untuk ukuran 350 ml.

Produksi araknya ini masih dalam skala kecil, karena pembuatannya dilakukan secara tradisional. Ia berharap dengan adanya brand kopi arak ini, bisa membantu para petani di Tabanan.

"Selama ini saya cari bahan bakunya masih di petani kopi di (Kecamatan) Pupuan. Mudah-mudahan dengan UMKM ini, kekayaan Kabupaten Tabanan bisa kita angkat bersama-sama sehingga menemukan pasar di tingkat internasional," harap Sudiantara. 

Editorial Team