Pembiayaan Usaha Bidik UMKM Grassroot di Bali

Badung, IDN Times - Para UMKM di Bali dan BPR diajak berkolaborasi terkait pembiayaan usaha. Ketua Umum AFPI, Entjik S Djafar, mengatakan potensi UMKM di Bali yang unbankable, terutama ultra mikro atau grassroot, menjadi sasaran penting. Selama ini data UMKM unbankable susah didapatkan, sehingga perlu program atau cara khusus agar data ini bisa didapatkan. Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan National Forum on Embedded Financing: Collaboration Between Fintech Lending, BPR, and Commercial Banks yang diselenggarakan oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama PT Smartec Teknologi Indonesia (Bantusaku).
"Kami ingin melihat potensi terutama potensi pasar di Bali ini. Terutama potensi kerja sama di pembiayaan UMKM. UMKM di Bali ini potensinya sangat besar ya," terangnya.
Forum ini diharapkan dapat menghasilkan kejelasan posisi regulasi, pemetaan model kolaborasi yang efektif, serta identifikasi faktor-faktor kunci yang mendukung penerapan embedded financing secara aman, terukur, dan berkelanjutan.
1. Kolaborasi dapat memperkuat ekosistem pembiayaan nasional

Menurut Ketua Umum AFPI, Entjik S Djafar, di era teknologi yang berkembang pesat, kolaborasi antara Pindar, BPR, dan bank umum diyakini mampu memperkuat ekosistem pembiayaan nasional. Pindar menghadirkan inovasi teknologi dan kelincahan operasional, BPR memiliki kedekatan dengan masyarakat lokal dan UMKM, sementara bank umum menawarkan kapasitas pendanaan yang besar serta stabilitas sistem keuangan.
"Sinergi ketiga pilar ini diharapkan dapat menciptakan akses pembiayaan yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan sekaligus mendukung pencapaian target inklusi keuangan nasional," terangnya.
2. Perlunya model pembiayaan untuk memperluas jangkauan kredit

Satu pendekatan yang menjadi sorotan dalam forum ini adalah embedded financing, yaitu integrasi produk dan layanan keuangan langsung ke dalam platform digital yang digunakan masyarakat. Model pembiayaan ini berpotensi memperluas jangkauan kredit, menurunkan biaya transaksi, serta menghadirkan layanan keuangan yang lebih mudah dijangkau oleh publik.
“Embedded financing merupakan terobosan yang bisa menjembatani kesenjangan akses pembiayaan di Indonesia. Dengan menggabungkan kekuatan fintech, BPR, dan perbankan, tidak hanya menciptakan inovasi, tetapi juga menghadirkan solusi nyata bagi UMKM dan masyarakat yang belum terlayani secara optimal,” ujar Entjik.
3. Integrasi cerdas memungkinkan terciptanya akses finansial

Sementara itu, Direktur Utama Bantusaku, Arnoldyth Rodes Medo, berbagi pengalaman perusahaan dalam membangun jalur distribusi kredit melalui embedded financing. Tata kelola yang baik dalam model white-label maupun co-lending juga menjadi fondasi penting dalam memperluas dampak positif embedded financing.
“Integrasi cerdas dengan ekosistem pihak ketiga memungkinkan terciptanya akses finansial yang lebih luas. Melalui desain API, otomasi proses, dan pengalaman pengguna yang mulus, kami mampu menghadirkan kemitraan yang lebih efektif dengan BPR," terangnya.
Dari proses onboarding hingga penilaian risiko, tantangan tetap ada, namun dengan pendekatan berbasis data dapat menjangkau segmen yang sebelumnya tidak terlayani, lanjutnya.