Sementara itu GM FRii Bali Echo Beach, Hasan Bisri, ketika diwawancarai IDN Times pada Kamis (18/2/2021), mengungkapkan kondisi sebelum pandemik tamunya hampir 98 persen merupakan wisman. Tamu yang paling mendominasi adalah turis asal Australia sebanyak 45 persen. Namun semenjak pandemik ini merosot. Okupansinya hanya 5 sampai 10 persen saja. Hotel ini sempat tutup sementara selama lima bulan, sejak April hingga Agustus 2020 lalu.
“Penutupan tidak menerima tamu ya karena kami menyesuaikan dan mempersiapkan daripada segi operasional itu untuk siap menerima tamu sesuai protokol kesehatan, kami training juga karyawan kami. Tata letak ruangan, malah maintenance juga. Apa sih yang perlu kami siapkan kalau buka. Kebetulan juga pas buka ada sertifikasi dari Pemprov Bali CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability). Kami lolos di sana,” ungkapnya.
Ia menilai, rata-rata sekarang banyak hotel yang memainkan harga rendah, padahal tidak ada demand. Namun pihaknya lebih memanfaatkan tamu-tamu ekspatriat yang sudah tinggal lama di Bali dengan sistem escaping. Yakni bagi mereka yang sudah jenuh kerja dari rumah dan ingin kerja dari hotel. Atau memanfaatkan market Work from Home (WFH), namun penawarannya bekerja di dalam kamar hotel.
Selain itu melakukan kolaborasi dengan stakeholder yang terhubung dengan pariwisata untuk membangkitkan perekonomian lagi. Saat ini ia buka harga minimal Rp250 ribu per malam dari harga normalnya Rp600 ribuan.
“Apa yang bisa kami godok dulu nih, on island. Jadi yang sudah ada di Bali ini yang kami manfaatkan. Ya memang persaingan itu pasti ya. Karena kami juga butuh untuk survive. Minimum paling nggak nutupin cost operasional. Penggajian karyawan. Pembayaran energi gitu ya. Terus juga cost operasional yang lainnya juga,” jelasnya.
Untuk tenaga kerjanya sendiri, ia telah melakukan pengurangan hingga 40 persen dan lebih mengoptimalkan cost efficient atau multitasking. Yaitu setiap orang memiliki pekerjaan ganda namun disesuaikan dengan kemampuannya.