Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Fashion
Pengusaha fashion busana adat Bali, Lutfi Martatas. (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Apakah kamu tertarik bisnis fashion? Jika iya, ada fakta menarik yang perlu kamu pertimbangkan. Yaitu bisnis fashion desain untuk laki-laki lebih stabil dibandingkan desain untuk perempuan. Hal tersebut diungkapkan oleh pemilik Toko Bintang Bali Busana Adat, Lutfi Martatas (43). Menurutnya, pengusaha fashion di Bali, terutama baju atau busana adat, perlu mempertimbangkan hal ini dalam keputusannya. Metode pemasaran yang tepat sasaran seperti itu dapat membantu penjualan usahanya berjalan lancar.

"Jualnya kita lebih banyak ke pakaian adat pria sama Endek ciri khasnya Bali. Cuma kita print-nya, biar harganya lebih bersahabat," ungkapnya.

1. Plus minus desain bagi pengusaha fashion

Pengusaha fashion busana adat Bali, Lutfi Martatas. (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Lutfi, desain berpengaruh terhadap stok barang beku. Desain untuk perempuan cenderung cepat berganti, sehingga menimbulkan tantangan dan kesulitan tersendiri bagi pengusaha. Apabila tidak bisa mengikuti tren, maka stok barang beku juga akan menumpuk.

Berbeda dengan desain untuk laki-laki yang cenderung stabil. Meskipun ada permintaan desain-desain baru, tetapi perubahannya tidak sesignifikan dan secepat desain busana perempuan.

"Kalau cewek itu kadang-kadang bisa seminggu atau dua minggu lagi keluar desain baru lagi, gitu" terangnya.

Ia menyebutkan, pasar busana adat laki-laki juga lebih menyukai warna gelap. Sementara warna-warna cerah pada umumnya lebih banyak diminati para perempuan.

2. Penjualan secara e-commerce membantu perputaran keuangan

Ilustrasi chatting setelah kencan pertama (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Usahanya merupakan warisan dari orangtua. Lutfi kemudian mengembangkannya dari segi pemasaran. Dari awalnya hanya grosir menjadi penjualan ecer dan online. Ia berjualan via e-commerce sejak 2005 sampai sekarang, dan saat ini sangat membantu perputaran bisnisnya.

Awalnya ia mengaku tidak tahu bagaimana berjualan di e-commerce hingga akhirnya memutuskan belajar dengan mengikuti pelatihan dari sebuah e-commerce populer di Indonesia. Ia diajarkan bagaimana membuat foto yang menarik, hingga SEO produk. Penjualan dengan memanfaatkan e-commerce ini baru ia rasakan setelah satu tahun menekuninya. Setidaknya sekitar 15-20 pieces baju adat terjual melalui sistem pemasaran ini. Sehingga dalam sebulan, stok keluar diperkirakan 48 pieces terjual.

"Kami ngembangin untuk reseller, online, sama retailnya gitu," terangnya.

3. Pengusaha fashion terbantu dengan peraturan pemerintah daerah

ilustrasi ritual di Bali (pixabay.com/Diz_Daily)

Tahun ini, tren penjualan busana adat dewasa khas Bali agak menurun karena awal-awal anak masuk sekolah. Namun perputaran bisnis busana adat tertolong dengan penjualan desain busana adat untuk anak-anak. Pengusaha busana adat ini mengaku terbantu apalagi setelah keluar Peraturan Gubernur (Pergub) Bali terkait kebijakan penggunaan baju adat untuk anak sekolah.

Lutfi kemudian memanfaatkan peluang kerja sama dengan pabrik lainnya. Terlebih momen ketika wisuda, maka menjadi peluang emas baginya. Selain itu, ia juga membaca peluang fashion busana adat untuk turis asing dengan memberikan layanan custom sesuai ukuran mereka.

"Agak ketolong sih. Agak stabil. Kita lebih ke cowok (anak laki-laki)," terangnya.

Editorial Team