Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengrajin patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)
Pengrajin patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Intinya sih...

  • Bu Jero dan suaminya kini tak kesulitan modal untuk usaha patung penyu di Tampaksiring, Gianyar.
  • Mereka mampu meningkatkan produksi menjadi 1.000 - 2.000 patung per bulan dan memiliki pelanggan tetap dari China.
  • Dengan bantuan modal dari Amartha, Bu Jero bisa menabung dan membeli motor sendiri serta mempertahankan kualitas produknya.
  • Bu Jero dan suaminya kini tak kesulitan modal untuk usaha patung penyu di Tampaksiring, Gianyar.
  • Mereka mampu meningkatkan produksi menjadi 1.000 - 2.000 patung per bulan dan memiliki pelanggan tetap dari China.
  • Dengan bantuan modal dari Amartha, Bu Jero bisa menabung dan membeli motor sendiri serta mempertahankan kualitas produknya.

Gianyar, IDN Times - Suasana pedesaan yang asri di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar menjadi saksi perjuangan Ni Made Suhendri alias Bu Jero. Ia dan suami, Dewa Merit, kini tak lagi kesulitan modal untuk mengembangkan usahanya, yakni membuat patung penyu.

Bantuan pinjaman modal dia dapatkan dari Amartha. Dengan bantuan itu, Bu Jero bahkan bisa menabung dan membeli kendaraan roda dua.

"Dulu kan usahanya sudah mulai, terus ada orderan banyak. Tapi modalnya gak cukup. Minimal 4 hari seratus (patung). Kalau sekarang sampai 300 (patung) karena bahan bisa dibeli semua," ungkap Bu Jero.

1. Bu Jero membuat patung penyu sejak tahun 2007

Pengrajin patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Perjalanan usaha mereka dimulai sejak tahun 1995, ketika sang suami memutuskan untuk mandiri--setelah sebelumnya bekerja bersama pengrajin lain. Pada awalnya, usaha Ibu Jero hanya memproduksi patung dan parsel. Barulah setelah tahun 2007, Jero dan suaminya lebih fokus membuat patung penyu berbahan kayu.

Dengan keterampilan yang diasah dari pengalaman, mereka mulai menjual hasil karya dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Dalam tradisi Bali, cara ini disebut kacung.

Semula, pasangan suami istri itu hanya mampu memproduksi puluhan patung. Dari situ, kemudian berlanjut kini bisa memproduksi 1.000–2.000 patung per bulan. Bahkan, seorang turis dari China menjadi langganannya dan kerap memesan dalam jumlah banyak.

Bengkel kerajinan patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Pasangan suami istri ini telah lebih dari dua dekade menekuni kerajinan tangan berupa patung penyu dari kayu. Bengkel kerajinannya memang tidak luas, mereka hanya memanfaatkan sisa atap belakang rumah dengan pagar tembok yang jebol, alat seadanya dan ruangan yang cukup sempit.

"Sehari mampu seratus, kan sudah ada alatnya. Mesin Gijig itu saya beli Rp2,5 juta tahun 1999. Kalau mesin yang dari Jepara mahal, Rp16 juta. Jam 07.00 Wita mulai dah bekerja sampai sore," terangnya.

2. Bantuan pinjaman modal dari Amartha menumbuhkan usaha UMKM

Pengrajin patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Bu Jero mengatakan bahwa perjalanan usahanya itu tidak mulus. Masa-masa sulit datang, terutama saat pandemik COVID-19. Ketika pesanan menurun drastis dan tenaga kerja sulit ditemukan, hanya ia dan suaminya yang bertahan mengerjakan semuanya berdua. Pendapatan pun menurun hingga 60 persen dari biasanya.

Dalam kondisi tersebut semangat pantang menyerah mereka tidak luntur.

Harapan kembali muncul ketika perempuan kelahiran 1978 itu bergabung menjadi mitra Amartha. Pinjaman modal yang ia dapat digunakan untuk membeli bahan baku kayu yang pembeliannya tidak bisa diangsur, juga untuk membeli alat produksi.

Bu Jero mengatakan dulu, mereka terpaksa meminjam uang dengan bunga tinggi demi pendidikan anak-anak dan keberlangsungan produksi. Kini, dengan bantuan modal yang lebih terjangkau dan berkelanjutan dari Amartha, mereka bisa mempertahankan kualitas sekaligus meningkatkan kapasitas produksi.

"Kalau tidak ada modal dari Amartha, pasti minjem ke rentenir lagi. Kalau pinjam di Amartha kan gak ada jaminan," ungkapnya.

3. Patung Penyu jadi sumber penghidupan utama keluarga mereka

Pengrajin patung penyu di Tampaksiring Gianyar (IDN Times/Ayu Afria)

Patung penyu yang ia buat tersebut ternyata diminati pasar. Saat ini ia harus menyuplai ke 8 pengepul di Pasar Sukawati, Gianyar. Satu patung yang ia jual beragam ukuran dengan harga mulai Rp8 ribu untuk ukuran 10 centimeter (cm), Rp7 ribu ukuran 8 cm, hingga ukuran 20 cm seharga Rp25 ribu. Sebulan omzet yang ia dapatkan bisa mencapai Rp10 jutaan.

"Pengepulnya kan di Pasar Sukawati semua. Semuanya nyari ke sini," ungkapnya.

Patung penyu hasil karya mereka kini telah dikenal luas, bahkan beberapa pembeli dari luar negeri datang langsung untuk melakukan pemesanan. Meski tidak memiliki merek khusus, kualitas produk mereka telah menjadi identitas tersendiri di mata para pengepul dan pelanggan.

Editorial Team