Kios suvenir di DTW Tanah Lot yang kembali dibuka. (IDN Times/Wira Sanjiwani)
Made Suartini (47) merupakan warga Banjar Dukuh, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Ia pedagang suvenir yang menyewa kios di Tanah Lot. Sudah sekitar satu tahun ini Suartini menutup kios, dan memilih menjual dagangannya via WhatsApp (WA).
"Kebetulan ada konsumen yang tahu nomor saya dan memesan lewat WA. Jadi saya kirim barang dagangan kadang ke luar Bali jika ada pesanan. Tetapi itu juga jarang," ujarnya, Kamis (29/12/2021).
Namun berdagang secara online atau daring juga tidah mudah. Sebab banyak persaingannya.
"Harga jualnya juga murah-murah sekali. Sementara barang dagangan saya harga pokoknya justru naik dari supplier. Jadi tidak semua pedagang bisa dapat rejekinya dari online," katanya.
Kini kiosnya sudah dibuka semenjak Tanah Lot dibuka September 2021 lalu. Itu pun harus melihat kunjungannya. Kalau sepi, kiosnya ditutup. Tanah Lot mulai ramai dikunjungi. Suartini mengaku dagangannya sudah ada yang membeli meski per harinya tidak sebanyak dulu.
"Kalau dulu bisa sampai Rp1 juta hingga Rp2 juta per hari dapat berdagang. Sekarang sekitar Rp300 ribuan per hari," terangnya.