Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sekjen phri bali 1.jpg
Sekjen PHRI Bali, Perry Markus. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Pergeseran tren pariwisata dunia, membuat industri hotel dan restoran turut beradaptasi. Tren yang sedang naik daun yaitu pariwisata hijau atau green tourism, menyakinkan pengalaman wisata yang ramah lingkungan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mulai mendorong pelaku usaha hotel dan restoran di Bali menyesuaikan dengan tren ini.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PHRI Bali, Perry Markus, mengatakan tren pariwisata yang biasanya menginap di hotel mewah, kini melirik potensi ke ramah lingkungan. Ada sejumlah aspek yang harus dipenuhi, misalnya pemanfaatan energi bersih di hotel. 

“PHRI bisa mengajak atau mendorong teman-teman di hotel itu untuk mempercepat adopsi panel surya di rooftop dan efisiensi energi,” ujar Perry dalam diskusi di City of Aventus Denpasar Selasa lalu, 30 September 2025.

Kira-kira apa saja ya peluang dan tantangan wisata hijau ini? Baca selengkapnya di bawah ini.

1. Energi terbarukan, nilai baru industri perhotelan, dan sejumlah hambatan

Ilustrasi PLTS Atap (unsplash.com/JeremyBezanger)

Perry melanjutkan, implementasi energi terbarukan di hotel dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap telah jadi perbincangan sejak agenda G20 di Bali. Saat itu ada dorongan dari Pemerintahan Pusat untuk memasang PLTS Atap tanpa biaya kepada sejumlah pemilik hotel.

“Masalahnya pada waktu itu para owner (pemilik) hotel itu mikir bangunan arsitektur Bali yang sedemikian cantik, sedemikian mahal mereka berinvestasi jadi gak keruan setelah ditempelkan panel surya,” papar Perry.

Alasan penolakan itu karena pemilik hotel merasa pemasangan panel surya tidak ada perencanaan dari awal. Namun, pergeseran tren wisata ke pengalaman ramah lingkungan, membuat pemilik hotel kembali berpikir untuk memasang PLTS Atap. Perry menganggap, niat hotel memasang PLTS Atap karena menjadi nilai dan branding baru hotel.

“Makanya teman-teman owner ini sekarang mulai berpikir, gimana saya bisa pasang yang tidak mengganggu ciri khas dan arsitektur dari properti saya,” lanjut Perry.

Ia menegaskan, upaya mendorong hotel ke energi terbarukan harus seiring dengan kebijakan dan insentif fiskal. Sebab, dorongan itu akan menambah keyakinan pemilik hotel menerapkan pemasangan PLTS Atap.

2. Preferensi wisatawan berubah, hotel ikut beradaptasi

ilustrasi hotel di Bali. (IDN Times/Ayu Afria)

Tren ramah lingkungan ini juga berkaitan erat dengan preferensi wisatawan yang bergeser ke ramah lingkungan. Mau tidak mau, hotel harus beradaptasi agar dapat bersaing dan relevan.

“Perubahan preferensi wisatawan kita sebenarnya mendorong agar bisa menyediakan paket wisata yang menunjukan eco friendly experiences (pengalaman ramah lingkungan) ya,” kata dia. 

Selain energi terbarukan, ada berbagai pengalaman ramah lingkungan yang ditonjolkan. Misalnya, restoran dengan produk lokal dan organik, termasuk program edukasi yang berkelanjutan. Tak hanya hotel, strategi pengalaman ramah lingkungan bagi Perry juga dapat diadaptasi oleh desa wisata.

3. Sertifikasi dan standarisasi hotel hijau sebagai nilai tambah

ilustrasi dokumen sertifikasi (unsplash.com/Anastassia Anufrieva)

Perry mengatakan, hotel dapat mengikuti berbagai proses sertifikasi hotel hijau. Sertifikasi dan standarisasi hotel hijau ini adalah standar baru dalam dunia perhotelan di Bali. Sehingga, dapat bekerja sama dengan lembaga internasional resmi dalam proses sertifikasi ini. Lembaga itu misalnya Earth Check, Green Key, dan Global Sustainable Tourism Council.

“Sertifikasi ini tidak hanya sebagai simbol, tapi bagian dari branding dan marketing Bali di pasar internasional,” lanjut Perry. 

Sementara itu, Bali pernah menyelenggarakan ajang Tri Hita Karana Award. Ajang ini bertujuan untuk memberikan penghargaan bagi hotel yang berupaya selaras dengan alam. Namun, ajang ini terhenti dan kata Perry akan dilaksanakan kembali. Ia juga menyoroti tata kelola sampah hotel yang dapat melakukan kerja sama dengan desa adat setempat. Baginya, keterlibatan komunitas akan mempererat hubungan imbal balik hotel dengan warga sekitar.

Editorial Team