Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Salak gula pasir madu yang dihasilkan petani salak di Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tabanan, IDN Times - Produksi salak gula pasir madu di Kabupaten Tabanan saat ini melimpah karena memasuki panen raya. Harganya di tingkat petani berkisar Rp5.000-Rp6.000 per kilogram.

Meski harganya murah, ternyata penyerapan hasil panen juga tinggi. Salak ini terserap hingga Indonesia Timur. Petani salak gula pasir madu di Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, merasa hasil panennya tidak sampai terbuang di momen panen raya.

1. Satu kali pengiriman bisa mencapai 800 kilogram

Kebun salak gula pasir madu di Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Petani salak gula pasir madu dari Kelompok Tani Raja Buah Bali Desa Munduk Temu, Kadek Ogi Darmawan, mengatakan kelompoknya terdiri dari 15 anggota petani dengan total luas lahan 14,5 hektare. Mereka memakai sistem penanaman tumpang sari. Jadi dalam satu lahan, juga ditanami tanaman perkebunan lain seperti manggis dan durian.

Sejauh ini, hasil panen salak gula pasir madu di kelompoknya tidak hanya terserap ke Indonesia Barat seperti Jakarta, tetapi juga Indonesia Timur seperti Sumbawa.

"Kalau ke Jakarta itu bisa berton-ton, tetapi tidak rutin. Yang rutin itu ke Sumbawa. Bisa tiap hari ada pengiriman. Sekali kirim bisa mencapai 800 kilogram," ujarnya, Minggu (21/1/2024).

2. Petani tidak sampai membuang produksi salaknya

Salak gula pasir madu (Dok.IDN Times/Istimewa)

Ogi mengakui, produksi salak gula pasir madu melimpah selama panen raya. Kelompok taninya sendiri sebanyak 34.920 pohon. Mereka bisa memanen lebih dari 20 ton. Biasanya musim panen tiba di musim penghujan. Diperkirakan sampai Maret 2024 ini masih panen raya. Hingga saat ini, total salak gula pasir yang sudah dipanen oleh kelompok taninya lebih dari 3,4 ton.

"Meski panen melimpah, tetapi syukurnya sampai sekarang belum ada petani di kelompok kami sampai membuang hasil panennya," kata Ogi.

3. Mencari SDM yang mampu mengolah salak gula pasir madu menjadi produk olahan

Salak gula pasir madu (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Tantangan para petani salak gula pasir madu di Tabanan saat ini adalah memenuhi peralatan pascapanen berupa mesin pembersih buah salak. Mesin ini bisa membersihkan salak secara maksimal, sehingga buahnya lebih tahan lama. Kelompok taninya terbentur modal untuk membeli mesin in. Sebab harganya di kisaran Rp17 juta.

Selain mesin pembersih salak, pihaknya juga sedang mencari sumber daya manusia (SDM) yang bisa mengolah salak menjadi produk olahan. Sehingga panen yang tidak terjual bisa menjadi produk lain yang bernilai jual. Misalnya, keripik salak atau produk olahan lainnya. Selama ini, sisa panen yang reject atau tidak layak jual ditawarkan ke reseller dengan setengah harga.

"Agar habis terjual saja. Jadi yang reject kami jual setengah harga pada reseller. Ada tujuan ke sana (mengolah salak menjadi produk turunan), tetapi belum ketemu SDM yang tepat," terang Ogi.

Editorial Team