Ilustrasi ternak babi di Tabanan. (Dok.IDN Times/Istimewa)
Jaya memiliki 200 ekor babi untuk penggemukan, dan 60 ekor untuk pembibitan. Pembelinya masih di seputaran Tabanan, dan ada juga dari luar Tabanan. Jaya bercerita, harga ini tidak ditetapkan oleh pihak peternak, melainkan pembeli. Namun ia juga mengakui, banyak peternak yang tidak punya kuasa untuk menentukan harga. Karena kebutuhan, akhirnya menyerah memberikan harga sesuai yang ditentukan oleh pembeli.
"Lucu saja sih. Kita yang melihara dan ngasih makan, tetapi kok pembelinya yang menentukan harga, bukan peternaknya," katanya.
Menurut Jaya, banyak pembeli menyamakan peternak murni pakan pabrikan sama dengan ternak babi rumah tangga yang memakai campuran limbah rumah tangga untuk pakannya.
"Kalau yang dicampur pakannya itu masuk akal harga saat ini, karena cost mereka juga tidak banyak. Beda dengan kami yang murni pakan pabrik. Jadi jangan disamakan," paparnya.
Untuk itu Jaya mengajak para peternak lain untuk menetapkan harga dan jangan kalah dengan pembeli. Ia juga berharap pemerintah mau membantu peternak babi dengan menentukan harga jual, sehingga ke depan tidak gampang dipermainkan.
"Kalau kompak semua, saya yakin harga jualnya tidak bisa dipermainkan," ajaknya.