Foto hanya ilustrasi. (Instagram.com/voyagecommemoi)
Sementara itu Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati, mengatakan dalam konteks teknologi, menurutnya Ubud masih menggunakan konservatif. Sehingga cukup banyak terjadinya resistensi.
“Namun kita tidak boleh diam. Sehingga melalui kerja sama ini kami berharap model konservatif ini dapat kita ubah menjadi model yang inovatif,” ungkap Bayuputra.
Kerja sama ini merupakan langkah yang tepat untuk masa depan Ubud. Apalagi Pemerintah Republik Indonesia sedang fokus kepada aspek ekonomi digital yang akan dipresentasikan secara khusus selama kagiatan G20 mendatang.
“Dari sudut pandang customer atau turis, kita mengetahui bahwa ketika kita berbicara dunia usaha semuanya adalah market driven. Jadi market sudah mengetahui apa yang mereka inginkan. Mereka datang ke Bali sudah tahu, harus ke mana, dan apa yang mereka akan cari. Sehingga yang mereka perlukan adalah layanan transportasi yang efisien, cepat dan tepat,” terangnya.