Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Budi daya pandan wangi di Banjar Tapesan, Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)
Budi daya pandan wangi di Banjar Tapesan, Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tabanan, IDN Times - Pandan wangi kalau di Bali digunakan sebagai sarana upacara, terutama untuk mempercantik canang sari. Permintaannya ini sangat menjanjikan. Sehingga sejak 2000, warga di Banjar Tapesan Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan mulai membudidayakan pandan wangi atau dikenal juga sebagai kembang rampe. 

Kelian Dinas Banjar Tapesan, I Putu Surya Adi Pradana, mengatakan warga Banjar Tapesan awalnya seorang petani padi sebelum budi daya pandan wangi.

"Namun saat ini sekitar 99,99 persen beralih ke pandan wangi," ujarnya saat diwawancara Jumat, 2 Juni 2024.

1. Tantangan merawat pandan wangi

Budi daya pandan wangi di Banjar Tapesan, Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Selain permintaan tinggi, alasan warga Banjar Tapesan banting setir menjadi petani pandan wangi karena tanaman padi di Banjar Tapesan tidak selalu bagus hasilnya dan kerap mengalami gagal panen. Namun, budi daya pandan wangi juga tidak mudah.

Menurut petani panda wangi, I Made Muja, budi daya pandan wangi harus melakukan perawatan secara berkala seperti pemupukan, penyemprotan, hingga penyiraman. Sebab jika tidak dirawat dengan baik, daun pandan wangi akan diserang oleh hama ulat yang menyebabkan pohonnya membusuk. Perawatan di musim kemarau juga harus dilakukan ekstra. Karena jika kekurangan air, pandan wangi bisa kuning dan mati.

"Perawatan ekstra dilakukan saat musim kemarau. Kesulitannya jika tidak ada air dari irigasi, kami harus menyedot air dari sungai," kata Muja.

2. Permintaan pandan wangi melonjak tinggi saat hari raya

ilustrasi daun pandan (pexels.com/James Sebastian)

Maja memaparkan, sekali panen ia biasanya membawa sekitar 60 kilogram (kg) hingga 150 kg ke Pasar Mengwi, Kabupaten Badung. Permintaannya akan semakin melonjak tinggi saat hari raya keagamaan di Bali.

"Ketika hari raya bisa membawa sampai 200 kg ke langganan saya di Pasar Mengwi. Nanti dari Pasar Mengwi akan dibawa ke pedagang lain," katanya.

Harga jual pandan wangi juga bervariatif. Muja menjual pandan wangi yang sudah dijadikan kembang rampe (diiris tipis-tipis) dalam dua versi. Yaitu versi original seharga Rp7 ribu per kilogram, dan versi memakai pewarna hijau (warna makanan) dijual Rp 9.000 per kilogram.

Budi daya pandan wangi ini membawa keuntungan untuk Muja. Ia mendapatkan untung bersih sekitar Rp150.000 dalam sehari. Sehingga dalam sebulan, ia bisa mendapatkan sekitar Rp4.500.000.

3. Pandan wangi dikeringkan dengan mesin cuci modifikasi

Proses pengeringan pandan wangi dengan mesin cuci yang sudah dimodifikasi (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Muja membeberkan proses panen pandan wangi hingga siap jual yaitu:

  • Saat panen, satu pohon pandan wangi cukup diambil tiga helai daun untuk menghindari pohonnya mati
  • Daun yang sudah dipetik langsung dipotong menggunakan mesin pemotong
  • Setelah terkumpul, daun pandan yang sudah dipotong siap diwarnai
  • Pandan yang sudah dipotong dipindahkan ke dalam wadah besar berisi air, kemudian dicampur warna sesuai takaran
  • Jika warnanya sudah tercampur merata, pandan wangi yang sudah dipotong ini dimasukkan ke dalam mesin pengering selama 5 menit.
  • Sesudah kering, barulah pandan wangi siap dijual.

Menurut Muja, tujuan pengeringan pandan wangi ini supaya tidak cepat busuk dan basah. Dalam melakukan pengeringan, warga Banjar Tapesan menciptakan mesin pengering dari mesin cuci yang sudah dimodifikasi.

Editorial Team