Karangasem, IDN Times - Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem termasuk daerah penghasil salak bali. Namun ketika panen raya, harga salak bali di petani justru anjlok hingga mencapai Rp1000 per kilogram. Bahkan terkadang ada petani yang membiarkan saja buah salaknya tidak dipanen. Karena biaya untuk panen lebih besar dibandingkan harga jualnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karangasem sendiri mendorong agar petani mau berinovasi untuk membuat produk turunan dari salak. Entah itu berupa minuman atau makanan untuk mendongkrak harga jual, serta menambah penghasilan para petani.
Seorang warga Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, I Wayan Sudartama, kemudian berinovasi. Ia membuat arak dari bahan dasar salak. Setelah sukses dipasarkan secara lokal, Sudartama mulai memasarkan arak salak dengan merek Dhadi San ke pasar modern dan hotel.