Menilai karakter dan kemampuan seseorang apakah ia pantas untuk mendapatkan pinjaman kredit atau investasi bisnis, tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata atau bergantung pada kesan pertama saja. Dibutuhkan cek dan ricek dokumen legalitas usaha dan data pribadi. Sekali saja ada yang tidak tepat, permohonan kredit tidak bisa diproses dan harus diperbaiki ulang.
Biasanya pihak bank bisa menilai situasi bisnis seseorang berdasarkan fotokopi rekening koran 3 bulan terakhir. Penampilan dan gaya bicara seseorang bisa menipu, begitu juga tampilan bisnis bisa didesain sedemikian rupa. Bahkan data usaha bisa 'diperindah' semaunya. Tapi jejak transaksi bank tidak bisa berbohong. Pihak bank juga bisa melakukan BI Checking, untuk memeriksa apakah calon kreditur mempunyai tunggakan di tempat lain atau tidak.
Namun, ada kalanya penilaian bagus pada map dokumen calon nasabah di meja kantor saja tidak cukup. Diperlukan kejelian seorang surveyor sebagai pertimbangan kedua dan penilaian secara langsung di lapangan. Penilaian para petugas marketing perbankan kadang dibutakan dan dibiaskan oleh target bulanan, serta komisi sehingga melakukan segala cara agar 'nasabahnya' bisa lolos. Di sinilah peran surveyor hadir sebagai penyeimbang dan juri sekaligus hakim yang kejam. Di satu sisi, pihak bank ingin mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya, tapi di sisi lain bank tidak ingin mendapatkan kreditur yang bermasalah di kemudian hari.
Jika petugas marketing bank bisa dipecat karena kekurangan target, maka petugas survei bisa dipecat jika ada atau banyak nasabah yang ia loloskan berakhir macet dan bermasalah.
Inilah beberapa trik rahasia surveyor kredit bank selama turun gunung di lapangan meninjau ke tempat calon kreditur.
