Kombes Andi menjelaskan, seluruh korban atau nasabah yang diambil datanya merupakan warga negara asing (WNA). Caranya, pelaku memasang alat skimmer di ATM yang terbilang sepi dan tak ada penjaganya. Mereka juga memasang kamera tersembunyi di kanopi ATM.
Setelah itu, data dari nasabah otomatis akan berpindah ke peralatan pelaku. Data-data yang sudah dikumpulkan itu dipindahkan ke kartu ATM putih milik tersangka. Selanjutnya, para pelaku mengambil uang dengan ATM palsu tersebut.
Lebih jauh, Kombes Andi mengatakan selama ini warga Bulgaria sering melakukan kejahatan jenis ini. Mereka biasanya datang ke Bali untuk melakukan aksinya. Setelah berhasil, mereka kembali ke negaranya, dan datang lagi pelaku dengan jaringan yang sama.
"Pencegahan sulit karena mereka datang dengan status sebagai wisatawan," ungkapnya.