Warga Klungkung Netralkan Alam Semesta dari Wabah dan Penyakit

Gelar Ritual Mapepada dan Tawur Agung Kesanga jelang Nyepi

Klungkung, IDN Times - Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Klungkung menggelar ritual Mapepada dan Tawur Agung di Perempatan Catus Pata atau di jantung Kota Semarapura, Selasa (24/3). Dengan ritual ini, diharapkan alam semesta kembali mencapai keseimbangannya dan netral dari segala wabah dan penyakit.

1. Ritual diawali dengan Mapepada untuk sucikan hewan sarana upacara

Warga Klungkung Netralkan Alam Semesta dari Wabah dan PenyakitIDN Times/Wayan Antara

Ritual Mapepada tahun ini dilaksanakan oleh Desa Adat Tulang Nyuh Klungkung dan dipuput oleh Ida Dalem Surya Darma Sogata dari Puri Klungkung. Dalam ritual itu, krama berjalan mengelilingi Catus Pata sembari membawa berbagai sarana upacara, termasuk wewalungan (Hewan korban untuk sarana upacara) seperti sapi, kambing, babi dan lainnya. Wewalungan ini digunakan untuk melengkapi rangkaian upacara Tawur Agung Kesanga.

"Mapepada ini maknanya untuk menyucikan dan meningkatkan taraf hidup hewan yang akan dikorbankan untuk sarana upacara. Dengan ritual ini, diharapkan nanti hewan-hewan ini reinkarnasi menjadi manusia di kehidupan berikutnya," ujar Panitia Upacara Mapepada, Dewa Ketut Soma, Senin (23/3).

2. Social distance, pelaksanaan ritual Mapepada tetap dibatasi

Warga Klungkung Netralkan Alam Semesta dari Wabah dan PenyakitIDN Times/Wayan Antara

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara Mapepada di Catus Pata Pusat Kota Semarapura tampak lebih lenggang. Kegiatan ini tidak dihadiri oleh muspida ataupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti biasanya. Hanya beberapa krama Desa Adat Tulang Nyuh yang menjadi pelaksana upacara tersebut. Meski ada kebijakan social distance, ritual serangkaian Hari Raya Nyepi itu tetap dilaksanakan. Jika biasanya ratusan, saat ini hanya puluhan warga yang mengikuti prosesi sakral tersebut.

"Kami mengikuti arahan pemerintah, dengan membatasi krama yang ikut dalam prosesi ini. Bahkan sarana upakara juga diangkut dengan mobil truk TNI, untuk menghindari warga lalu lalang mengangkut sarana upakara ke Catus Pata Semarapura," jelas Dewa Soma.

3. Ritual Tawur Agung untuk keseimbangan semesta

Warga Klungkung Netralkan Alam Semesta dari Wabah dan PenyakitIDN Times/Wayan Antara

Setelah ritual Mapepada atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi, dilaksanakan pula ritual Tawur Agung di Perempatan Catus Pata Semarapura dan dilanjutkan ritual Tawur di masing-masing desa adat, Selasa (24/3). Ritual ini memiliki makna melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur", berarti mengembalikan atau membayar.

"Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil perlu diimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Sehingga semesta nanti mencapai titik keseimbanganya," ungkap Dewa Soma.

4. Netralkan alam semesta dari wabah dan penyakit

Warga Klungkung Netralkan Alam Semesta dari Wabah dan PenyakitIlustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Ritual Tawur Agung yang dirangkai bersama Hari Raya Nyepi keesokan harinya, juga memiliki makna menetralkan alam semesta dari segala permasalahannya. Terlebih saat ini, dunia tengah dihadapi oleh wabah COVID-19 atau virus corona, yang menghambat segala sendi kehidupan.

"Tawur Agung kita seimbangkan semesta, lalu keesokan harinya kita melaksanakan Catur Brata Penyepian untuk membersihkan bhuana agung (Alam semesta) dan bhuana alit (Diri sendiri). Alam semesta kita berikan istirahat sejenak dari hiruk pikuknya kehidupan," jelas Dewa Soma.

Dengan demikian, memasuki tahun baru Caka, diharapkan dunia dapat kembali netral dari segala wabah dan penyakit. Sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali normal seperti sediakala.

Baca Juga: 4 Cara Bikin Semprotan Disinfektan Ampuh Lawan Virus Corona, Aman kok!

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya