Hari Arak Bali Ditetapkan, Perajin: Semoga Bukan Seremonial Saja

Harus ada dampak nyata untuk petani arak

Karangasem, IDN Times - Gubernur Bali menetapkan setiap tanggal 29 Januari sebagai Hari Arak Bali. Hal ini sudah tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022.

Dengan ditetapkannya Hari Arak Bali, pemerintah berharap minuman beralkohol tradisional ini dapat semakin dikenal, sehingga muaranya dapat meningkatkan kesejahteraan para perajin arak.

Namun kenyataannya beberapa perajin arak di Kabupaten Karangasem, belum mengetahui adanya Hari Arak Bali. Ketika berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi Bali dalam mem-branding Arak Bali, para perajin merasa masih sangat perlu dibantu untuk pemasaran araknya.

Harga arak di tingkat produsen disebut masih sangat murah. Bahkan saat ini beberapa perajin arak mengeluh karena jumlah produksi berkurang akibat kondisi cuaca ekstrem.

Baca Juga: RSUD Karangasem Kurang 50 Tenaga Medis, Hanya Ada 1 Spesialis Jantung

1. Beberapa perajin arak belum mengetahui adanya Hari Arak Bali

Hari Arak Bali Ditetapkan, Perajin: Semoga Bukan Seremonial SajaWarga membeli Arak Bali kemasan. (IDN Times/Wayan Antara)

Ketut Samudra (50), warga Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, sudah puluhan tahun menjadi perajin arak yang diproduksi secara tradisional. Samudra mengaku belum mendengar adanya Hari Arak Bali.

“Belum tahu (Hari Arak Bali). Mungkin karena baru ditetapkan,” ujar Samudra, Jumat (30/12/2022).

Ia mengatakan pada dasarnya sangat mendukung langkah Pemprov Bali untuk menetapkan Hari Arak Bali. Namun ia berharap adanya dampak nyata dari ditetapkan Hari Arak Bali. 

“Pasti saya mendukung adanya Hari Arak Bali. Tapi tentu harus ada dampaknya juga ke perajin arak,” ungkap Samudra.

Ia tidak ingin Hari Arak Bali hanya menjadi seremonial belaka. Hal serupa juga diungkap oleh kerabatnya, Wayan Suyasa, yang juga seorang perajin arak. Ia mengaku belum mengetahui adanya Hari Arak Bali.

“Saya belum tahu. Tapi semoga itu (penetapan Hari Arak Bali) bisa mendongkrak penjualan arak kami,” harap Suyasa.

2. Penjualan Arak Bali masih normal, harga belum menguntungkan perajin

Hari Arak Bali Ditetapkan, Perajin: Semoga Bukan Seremonial SajaIlustrasi perajin arak Bali. (IDN Times/Wayan Antara)

Ketut Samudra mengatakan, perhatian pemerintah terhadap Arak Bali selama ini sudah maksimal. Ia juga mendapatkan informasi bahwa Arak Bali menjadi bingkisan spesial bagi delegasi G20.

Sampai saat ini penjualan araknya masih stabil dan belum ada peningkatan signifikan. Namun diakuinya harga Arak Bali di tingkat produsen masih belum menguntungkan perajin arak. Di tingkat perajin, ia masih menjual Arak Bali seharga Rp45 ribu per 1,5 liter.  

“Kalau menurut saya dari segi harga belum terlalu menguntungkan ke perajin arak,” keluhnya.

Ia selama ini juga belum melakukan rebranding arak untuk bisa meningkatkan harga jualnya.

“Saya masih jual ke pengepul saja. Belum coba jual dengan kemasan modern,” jelas Samudra.

3. Tidak bisa produksi arak karena cuaca buruk

Hari Arak Bali Ditetapkan, Perajin: Semoga Bukan Seremonial SajaWabup Made Kasta saat meninjau beberapa perajin arak di Klungkung/Wayan Antara

Sementara itu, Wayan Suyasa menyampaikan sudah beberapa hari ini tidak bisa memproduksi arak karena terkendala bahan baku. Hujan deras yang mengguyur Karangasem beberapa hari terakhir, membuat dirinya tidak bisa menyadap kelapa untuk dicari niranya.

“Karena hujan deras terus, tidak bisa panjat pohon untuk menyadap nira kelapa. Licin berbahaya juga, saya tidak berani ambil risiko,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya hasil nira dari pohon kelapa akan sangat sedikit saat musim hujan. Jadi untuk sementara waktu ia memilih tidak memproduksi arak.

“Kebetulan ada stok arak yang masih bisa untuk dijual. Semoga cuaca kembali baik agar bisa membuat arak,” terangnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya