Denpasar, IDN Times - Harman Assegaf tak biasanya mendengar suara getaran yang sangat keras. "Terrt, terrt, terrt!" Ia tidak tahu persis dari mana arah suara itu berasal. Saat itu pukul 05.15 Wita, ia sedang menunaikan ibadah salat di tokonya, Armana Batik, Jalan Sulawesi Nomor 90, Kota Denpasar. Sekitar 15 menit kemudian, Harman mengambil kunci dan memutuskan keluar toko. Dari kesaksiannya, ia melihat ketinggian air di Jalan Sulawesi sekitar 80cm (centimeter). Kira-kira pukul 05.30 Wita itulah ia mendengar suara yang berbeda. "Bruk bruk bruk!" Harman lari ke jalan, dan baru menyadari Tasnim Textile berjarak satu bangunan dari kanan tokonya roboh.
"Waktunya cepat sekali," kata Harman.
Tasnim Binti Ibrahim (53) bersama putranya, Farwa Husain Bin Shiraz Husain (32), hanyut terbawa arus Tukad (Sungai) Badung bersama reruntuhan kain, dan benda lainnya. Mereka tinggal di Toko Tasnim Textile, dan ditemukan meninggal dunia satu hari setelah kejadian. Harman saat diwawancara IDN Times pukul 10.49 Wita, masih belum tahu kondisi tokonya karena tak berani masuk untuk memastikan.
Rabu, 10 September 2025 adalah hari duka bagi warga Bali. Toko Armana Batik milik Harman Assegaf baru diketahui ikut roboh beberapa jam setelah diwawancara. Begitu pula Toko Centrum di samping kanannya, dan ada empat orang yang tinggal di sini. Mereka adalah Maimunah (75) ditemukan meninggal; sang anak, Nadira (48), ditemukan meninggal; sang cucu, Khusay (23), ditemukan selamat; dan menantu, Muis (50), selamat. Hingga Minggu, 14 September 2025 pukul 08.00 Wita, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 17 orang meninggal dan lima orang hilang dalam peristiwa ini. Total ada 620 jiwa terdampak banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali juga mencatat lebih dari 120 titik banjir menerjang tujuh wilayah administrasi. Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah paling tinggi terkena dampak banjir, yaitu sebanyak 81 titik. Berikutnya Kabupaten Gianyar 14 titik, Kabupaten Badung sebanyak 12 titik, Kabupaten Tabanan delapan titik, Kabupaten Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik. Terakhir, di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Sedangkan tanah longsor juga terjadi di 12 titik Kabupaten Karangasem, lima titik di Kabupaten Gianyar, dan satu titik di Kabupaten Badung.
BNPB menetapkan status tanggap darurat bencana selama satu minggu. Itu berarti, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali harus segera bersurat agar Pemerintah Pusat bisa membantu penanganan dampak bencana. Menurut pemerintah, banjir di Kota Denpasar ini paling parah dalam satu dekade. Penanggulanganbencana.denpasarkota.go.id [1] merilis sebuah foto banjir setinggi pinggang hingga leher orang dewasa pada 20 Februari 2015. BPBD Kota Denpasar bahkan menyatakan bencana ini tercatat sebagai kejadian luar biasa.
Beberapa titik lokasi yang tergenang banjir di Denpasar yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, sekitar Universitas Udayana (Unud), Jalan Raya Puputan, Jalan Tukad Bilok, Jalan Buluh Indah, Jalan Gunung Agung, Jalan Sari Gading, Jalan Pulau Serangan, Jalan Satelit, Lingkungan Bumi Ayu, Jalan Danau Tempe, Perum Purnawira, Perum Padang Asri, Jalan Gunung Payung, Jalan Teuku Umar, Jalan Ahmad Yani, Jalan Cokroaminoto, Pemogan, Jalan Imam Bonjol, Jalan Hayam Wuruk, Jalan WR Supratman, Ubung, Padang Sambian, dan Jalan Mahendradata.
Saking luar biasanya, Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Analisis Banjir Kota Denpasar di Kantor Badan Lingkungan Hidup Denpasar pada tanggal 23 April 2015. Mereka mengundang Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Bali dan Nusa Tenggara untuk menyampaikan hasil risetnya; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Denpasar; Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Denpasar; BPBD Kota Denpasar; Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar; Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar, serta camat se-Kota Denpasar.
Dalam laman ppebalinusra.menlhk.go.id [2], Kepala PPE Bali dan Nusa Tenggara kala itu, Novrizal Tahar, menyatakan kajian analisis banjir ini perlu disampaikan agar Kota Denpasar tidak menjadi Jakarta Jilid II. Dari hasil analisis timnya, curah hujan pada tanggal 20 Februari 2015 itu di atas 50mm (milimeter) per hari, kondisi topografi kota landai, adanya penurunan tingkat infiltrasi air hujan ke dalam tanah akibat banyaknya ruang terbangun, kapasitas drainase kurang memadai, kurang terawatnya saluran drainase (penyempitan, pendangkalan, dan penyumbatan oleh sampah), serta kurangnya area RTH (ruang terbuka hijau) khususnya di Kecamatan Denpasar Barat. Karena RTH di kawasan ini hanya seluas 524,20ha (hektare) atau 21,72 persen dari total wilayah Kota Denpasar.
PPE Bali-Nusra juga merekomendasikan perbaikan saluran drainase di wilayah-wilayah yang banjir, menambah luasan RTH di Kecamatan Denpasar Barat, meningkatkan infiltrasi air ke tanah dengan sistem peresapan air dan lubang biopori, larangan pembuangan limbah atau sampah ke saluran drainase atau sungai, menyiapkan sarana penampungan sampah, perawatan saluran drainase secara rutin (penggelontoran, pembersihan sampah, gulma, dan lumpur), perlindungan daerah resapan air, serta pengendalian aliran dari daerah hulu.
Tapi kondisi di lapangan secara gamblang memperlihatkan faktanya 10 tahun kemudian. Banjir kembali terjadi. IDN Times telah mengumpulkan beberapa titik banjir di Kota Denpasar dari hasil pemberitaan bali.idntimes.com, media massa online, hingga media sosial. Titik lokasi banjir di Kota Denpasar sangat tergambar jelas dalam peta di atas. Coba perbesar petanya menggunakan simbol (+) di pojok kiri bawah. Lalu tekan simbol anak panah di pojok kiri atas. Usap layar ke atas, dan pilih kotak di samping topografi hingga keluar simbol centang. Setelah itu, pilih satu titik di dekat lokasi banjir pada Maps. Nanti akan muncul penjelasan seberapa tinggi kontur Bali di kawasan banjir, dari hulu sampai hilir.
Tukad Ayung melintasi tiga Kabupaten: Bangli, Gianyar, Badung, dan hilirnya ke Kota Denpasar. Titik banjir di Kota Denpasar berada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Badung dan DAS Mati. Kedua DAS ini masih satu kesatuan dengan DAS Ayung. Silakan ketuk layar di satu titik warna hijau yang berdekatan dengan lokasi banjir untuk melihatnya.
Memang, curah hujan dalam sehari pada Selasa, 9 September 2025 di Kecamatan Denpasar Barat tercatat 204,6mm. Begitu pula di Stage of Sanglah tercatat 188,4mm. Angka curah hujan ini merupakan akumulasi penghitungan selama 24 jam, dari tanggal 9 September 2025 mulai pukul 08.00 Wita hingga keesokan harinya di jam yang sama. Menurut Balai BMKG Wilayah III Denpasar, kedua curah hujan ini tergolong ekstrem karena angkanya di atas 150mm dalam sehari. Intensitas hujan ekstrem ini dipicu oleh kombinasi aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali. Sehingga memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif. BMKB Bali juga rutin mengeluarkan peringatan dini hujan ringan periode 7-9 September 2025 di berbagai platform sebagai upaya pencegahan semua pihak.
Persoalan penanganan sampah di Bali begitu masif. Sampah-sampah organik harus diolah di masing-masing rumah tangga maupun usaha. Dari yang awalnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terancam dipidana jika tidak segera menutup Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung yang open dumping akhir 2025, sampai Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurrofiq, mempersilakan Bali untuk membuang 210 ton lebih sampah yang terbawa banjir ke TPA Suwung selama satu bulan.
Faisol juga menyinggung perubahan lahan di hulu tersisa 3 persen saja yang ditumbuhi pepohonan. Sementara di hilir menghadapi permasalahan sampah, hingga sistem drainase di sempadan sungai. Ia meminta pejabat pemerintah daerah (pemda) Bali untuk tidak main-main menangani persoalan ini. Ia memberi tenggat waktu tiga tahun untuk menanami pepohonan.