Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Waduh, DB di Klungkung Tembus Angka 200 Kasus Hingga Mei ini

Petugas melakukan fogging. IDN Times/Wayan Antara
Petugas melakukan fogging. IDN Times/Wayan Antara

Klungkung, IDN Times - Meski intensitas hujan di Bali minim, namun masyarakat Klungkung diminta mewaspadai penyakit demam berdarah (DB). Pasalnya, kasus DB di Klungkung melonjak dalam kurun waktu lima bulan sejak Januari-Mei 2019.

1. DB hingga Mei 2019 sudah menembus angka 200 kasus

IDN Times/Wayan Antara
IDN Times/Wayan Antara

Menurut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Wayan Kariyana, kasus DB hingga Mei 2019 sudah menembus angka 200 kasus. Angka ini jauh melonjak dibandingkan tahun 2018. Selama tahun 2018, kasus DB hanya 214 kasus. Namun bagi Kariyana, kondisi itu dinilai belum terlalu mengkhawatirkan karena Klungkung mengalami siklus tiga tahunan.

“Masih batas wajar, bisa diatasi belum terlalu tinggi. Klungkung tidak lagi alami siklus lima tahunan, melainkan tiga tahunan,” ujarnya, Jumat (31/5).

2. Hampir semua wilayah di Klungkung rawan DB

Ilustrasi fogging untuk mencegah nyamuk malaria. (IDN Times/Wayan Antara)
Ilustrasi fogging untuk mencegah nyamuk malaria. (IDN Times/Wayan Antara)

Ia mengingatkan warga untuk selalu rutin melakukan upaya-upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan menjaga kebersihan lingkungan. Semua puskesmas melakukan langkah-langkah preventif, penyuluhan dan surveiland. Mengacu siklus lima tahunan, kasus DBD merebak pada bulan April, Mei, Juni, puncaknya terjadi pada Agustus dan September.

"Sesuai catatan Dinas Kesehatan, hampir semua desa di Klungkung rawan endemic DBD. Terlebih daerah perkotaan, mobilitas penduduknya cukup tinggi, rawan berjangkitnya DB," jelasnya.

3. Awal tahun 2018 lalu, pemuda asal Desa Suana Nusa Penida meninggal dunia akibat DBD

IDN Times/Wayan Antara
IDN Times/Wayan Antara

Kasus DBD menjadi ancaman kesehatan masyarakat, melihat banyaknya sebaran kasus tersebut di Kabupaten Klungkung. Terlebih gejala awal DBD sulit ditandai. Sehingga penderita DBD terlambat ditangani. Jika penanganan penderita DBD terlambat, bahayanya bisa merenggut nyawa penderita. Dari catatan yang ada, kasus DBD hampir terjadi di semua desa di Klungkung. Pun termasuk di Kecamatan Nusa Penida, wilayah kepulauan yang berada di seberang Selat Badung.

Desa Kampung Toyapakeh sempat menjadi daerah sporadic DBD. Kasus DBD di Toyapakeh menjalar hingga ke Desa Ped, desa yang menjadi tetangga Toyapakeh. DBD juga ditemukan di Desa Sakti dan Desa Klumpu. Bahkan awal tahun 2018 lalu, pemuda asal Desa Suana Nusa Penida meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wayan Antara
EditorWayan Antara
Follow Us