Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perempuan pekerja di Bali (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025 belum lama ini. Dalam satu aspek pada laporan itu, termuat ketimpangan gaji buruh laki-laki dan perempuan. Rata-rata upah buruh laki-laki sebesar Rp3,37 juta. Sedangkan rata-rata upah buruh perempuan sebesar Rp2,61 juta.

Direktur LBH BWCC sekaligus pemerhati perempuan, Ni Nengah Budawati, mengatakan sudah dari dulu hal tersebut menjadi perhatiannya. Kondisi di mana ada kesenjangan upah atau gaji yang diterima oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

"Kalau dilihat dari etos kerja maupun dari segi skill kan perempuan tidak ada yang membedakan sebenarnya," terangnya.

1. Adanya potensi diskriminasi gender di tempat kerja

ilustrasi mengalami diskriminasi (unsplash.com/Danie Franco)

Menurut Ni Nengah Budawati, seharusnya pemberian upah atau gaji atau reward saat ini alangkah lebih baik jika berdasarkan kerjanya. Ia berharap ketimpangan upah itu bukan terjadi karena adanya diskriminasi di tempat kerja itu sendiri.

"Harapan kami sih tidak ada diskriminasi di tempat kerja," ungkapnya.

2. Adanya stigma perempuan lemah

Ilustrasi Perempuan Berbaring (unsplash.com/Kinga Howard)

Ketimpangan berbasis gender dalam sistem pengupahan ini, menurutnya tidak terlepas dari adanya anggapan bahwa perempuan itu lemah secara kondisi tubuh, ketahanan kerja, dan ketahanan mental. Munculnya stigma perempuan lebih lemah daripada laki-laki dalam dunia kerja, diduga memberikan pengaruh besaran terhadap pemberian upah itu sendiri.

"Kalau dipikir secara kecakapan, totalitas, cinta kepada pekerjaan, perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata untuk urusan itu, dan sudah dibuktikan," terangnya.

3. Perempuan harus berjuang bersama

Buruh perempuan di sektor pertanian (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Lalu apa yang harus dilakukan oleh para perempuan terhadap ketimpangan pengupahan tersebut? Budawati mengatakan, setiap individu harapannya juga berjuang terhadap apa yang diperjuangkan, misalnya oleh organisasi buruh dan sebagainya.

"Ya memang kita perempuan yang harus berjuang bersama-sama untuk mengadvokasi kebijakan seperti ini," terangnya.

Editorial Team