Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)
Lantas apa makna Kuningan sendiri? Berikut penjelasan dari Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika.
Ia menjelaskan, Kuningan pada hakikatnya adalah rentetan dari Galungan. Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan, umat Hindu yang hendak menghaturkan sesaji dilakukan pada pagi hari. Juga diimbau menghindari lewat pada tengah hari.
"Hal ini karena diyakini bahwa pada tengah hari para Dewata dan Dewa Pitara kembali ke alamnya masing-masing setelah turun ke Bumi," jelasnya.
Kendati demikian, ia tak melarang bagi umat Hindu yang melakukan persembahyangan pada sore atau malamnya. Desa (Tempat), Kala (waktu) dan Tattwa (Hakikat) tetap menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaannya.
Makna Kuningan sendiri adalah untuk menempa jati diri secara rohani dalam rangka memenangkan dharma (Kebaikan) terhadap adharma (Kejahatan). Namun tak semata ritual belaka tapi benar-benar dilakukan dengan perbuatan dengan melenyapkan kekotoran pikiran.