Ubud Writers & Readers Festival (UWRF)
Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati, Dr Drs I Ketut Suardana MFilH, menjelaskan Ubud Writers & Readers Festival tahun ini akan menawarkan berbagai panel diskusi yang mencerminkan tema tahun ini dan mengangkat suara-suara yang atas tindakan penganiayaan, konflik, dan pelanggaran hak asasi manusia.
UWRF22 mengambil tema "Memayu Hayuning Bawana", sebuah filosofi Jawa kuno yang memiliki arti prinsip dasar yang kami pelihara, jaga, dan percantik semesta ini.
Bawana berarti dunia kami, di mana ia bukan hanya bentuk fisik, tetapi juga alam yang berkultur dan spiritual. Memayu merupakan jalan yang dipertahankan menuju keharmonisan yang universal.
UWRF mewujudkan filosofi ini ke dalam Uniting Humanity, di mana akan membuka beragam program untuk menghormati kapasitas kemanusiaan yang akan memperkuat ikatan sebagai individu dan dunia sebagai kolektif.
“Sudah lebih dari tiga tahun sejak saya membuka festival ini di dalam suasana yang baik. Saya sangat bahagia para komunitas penulis dan pembaca akhirnya bisa berkumpul kembali di Ubud dan bersuka ria dalam buku dan cerita dan ide-ide di bawah tema Uniting Humanity, yang banyak mencerminkan semangat dari festival ini, acara yang mempersatukan umat manusia yang sangat beragam,” ujar Ketut Suardana.
UWRF22 mengedepankan beberapa topik, termasuk The War in Ukraine. Dalam kesempatan ini, juga menghadirkan penulis asal Ukrania, Oksana Maksymchwk dan Maz Rosochinsky, yang akan berbagi cerita mengenai efek dari riak seismik yang disebabkan oleh perang terhadap dunia setelah pandemik COVID-19.
Ada pula Uniting Humanity: Poetry of Peace, sebuah malam yang diisi dengan pengucapan kata-kata, dongeng, dan berdoa untuk kedamaian.
Festival Director dan Founder, Janet DeNeefe, mengungkapkan pihaknya tidak bisa mengabaikan masalah invasi Ukraina karena dampak globalnya yang sangat luas.
"Ide untuk Poetry of Peace menggabungkan penulis dan seniman bersama yang mencerminkan bagaimana festival ini selalu beroperasi. Kami suka melampaui ekspektasi dengan adanya beragam program yang bertujuan untuk memberikan sarana informasi dan juga menyenangkan hati para pengunjung,” ungkapnya.
Janet DeNeefe menambahkan, sebagai festival sastra terbesar di Asia Tenggara, memungkinkan pihaknya membawa nama-nama tersohor ke Bali.
"Peran kami adalah untuk menyiapkan platform terbaik untuk talenta literasi selanjutnya. UWRF adalah sebuah festival yang penuh karakter dan kedalaman dan setelah 19 tahun, menjadi sebuah ambisi yang membuat saya percaya bahwa kami bisa menyampaikannya," jelas Janet DeNeefe.