Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ubud Art Ground dan CAFA Pameran Artistik Kontemporer

pameran
Ubud Art Ground (UAG) bertajuk Parallels: Legacies in Flux di Gudang Kayu di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Gianyar, IDN Times - Suasana asri pedesaan Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar menyempurnakan pameran seni tradisi dan ekspresi kontemporer yang digagas Ubud Art Ground (UAG), bekerja sama dengan Central Academy of Fine Arts (CAFA), China. Acara yang bertajuk UAG’25 Parallels: Legacies in Flux tersebut tidak seperti pameran biasanya. Lokasinya di tengah sawah dan kebun, tepatnya di Gudang Kayu.

Hiasan anyaman dari daun kelapa yang sudah mulai kecokelatan menjadi penanda gerbang masuk ke area pameran. Lokasinya menjorok ke dalam dari jalan raya. Pengunjung harus melewati persawahan dengan jalan yang penuh kerikil. Ya, sejak dari pintu masuk, pengunjung dijejali suasana yang sangat akrab dengan pedesaan. Sementara di depan ruang pameran berdiri perahu naga karya seniman asal Bali, Made Djirna.

Menariknya karya seni ini memoles gelondongan kayu-kayu yang sejak awal bertumpuk di lokasi. Kemudian dibalut menggunakan kain poleng khas Bali dengan ornamen naga di tengahnya berselimutkan kain putih yang panjang.

1. Karya seni kontemporer puluhan seniman dari dua negara hadir mewarnai UAG

pameran
Ubud Art Ground (UAG) bertajuk Parallels: Legacies in Flux di Gudang Kayu di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Yayasan Satya Djaya Raya mempersembahkan Ubud Art Ground (UAG), sebuah platform seni dan budaya baru di Ubud. UAG dirancang sebagai ruang temu antara akar tradisi dan ekspresi artistik kontemporer. Sebagai inisiatif perdana, UAG mengadakan pameran berskala internasional Parallels: Legacies in Flux yang menghadirkan lebih dari 51 karya seniman Indonesia dan 21 seniman dari CAFA. Pameran ini berlangsung  sejak 11 Juli hingga 10 Agustus 2025 di Gudang Kayu, Batu Kurung Estate.

Direktur Ubud Art Ground, Yuanita Sawitri, mengatakan Ubud Art Ground bukan sekadar ruang seni, melainkan ekosistem dialog yang menghubungkan seniman, pemikir, dan masyarakat dalam ruang yang saling terhubung antara tradisi dan keberanian berekspresi.

"Melalui inisiatif ini, kami berharap bisa menghadirkan pengalaman seni yang hidup, reflektif, dan berdampak lintas generasi dan budaya," ungkapnya.

Direktur Yayasan Satya Djaya Raya, Yulia Kurniawan, menyebutkan bahwa pihak yayasan mendorong dialog antara tradisi dan ekspresi kontemporer. Mereka berkomitmen kepada pendidikan dan pelestarian budaya yang diwujudkan melalui dukungan penuh terhadap pelaksanaan Ubud Art Ground.

"Kami percaya bahwa warisan budaya bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang bersama zaman melalui tangan-tangan seniman yang visioner," ungkapnya.

2. Puluhan seniman kontemporer Bali terlibat dan berbicara tentang tradisi

pameran
Ubud Art Ground (UAG) bertajuk Parallels: Legacies in Flux di Gudang Kayu di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Kurator pameran asal Indonesia, Farah Wardani, mengatakan ia sendiri menawarkan narasi yang dapat membuka jalan bagi keberlanjutan praktik seni rupa berkaitan dengan tradisi Bali. Bersama puluhan seniman, ia menggerakkan peluang ini untuk mendalami apa yang terjadi di skema senirupa kontemporer Bali kaitannya dengan sejarah, serta warisan tradisi dan budaya. Pameran ini dibagi dalam dua bagian besar yakni Legacies in Flux: Bali serta Legacies in Flux: China.

Karya dari 51 seniman Bali tersebut terbagi dalam lima pendekatan kuratorial di antaranya:

  1. Prelude: A Master’s Touch, menampilkan karya instalasi luar ruang dari maestro I Made Djirna ‘Numpang Lewat - Berkelanjutan/Transient Continuous’, yang merespon area Gudang Kayu

  2. Continuum, menampilkan beragam karya tentang legasi dan perubahan masyarakat Bali dari perupa Bali berbagai generasi

  3. Spectrum, menampilkan karya sejumlah perupa kontemporer yang menafsirkan tradisi dengan individualitas dan konteksnya masing-masing

  4. Tradition Today, beragam karya dari sejumlah perupa generasi baru yang menafsirkan tradisi dalam pendekatan kontemporer

  5. Legacies in Flux: A Timeline, menampilkan sejumlah karya maestro tradisi Bali dengan linimasa sejarah seni rupa

“Melalui pameran ini, kami tidak hanya menampilkan karya, tapi juga membuka percakapan tentang legasi, perubahan masyarakat, dan inovasi dalam seni yang berpijak pada tradisi," jelasnya.

3. Seniman muda China membawa ulang warisan budaya

pameran
Ubud Art Ground (UAG) bertajuk Parallels: Legacies in Flux di Gudang Kayu di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, Dekan Sekolah Lukisan Tiongkok CAFA Beijing, Prof Qiu Ting, mengatakan 20 seniman dri CAFA mengeksplorasi kelanjutan Teknik Guohua (lukisan tinta) dalam medium dan narasi kontemporer. CAFA juga menghadirkan 33 karya tambahan dari pengajar utama, seniman delegasi Indonesia, dan seniman penerima beasiswa dari Lie Siong Tay Charitable Foundation. Kolaborasi antara CAFA dan UAG merupakan ruang lintas budaya yang mempertemukan dua tradisi visual besar Asia.

"Pameran ini mendorong generasi seniman muda untuk membaca ulang warisan dengan cara baru yang relevan terhadap masa kini," terang Qiu Ting.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us