Lalu siapa target pasar Ethnowellness ini? Diungkapkan oleh Agnes Lourda bahwa tidak dipungkiri target Ethnowellness ini merupakan orang-orang berduit. Secara umum besaran biaya yang dikeluarkan untuk wellness yang benar, untuk satu orang bisa mencapai Rp10 juta hingga ratusan juta.
“Sepuluh juta itu mungkin untuk katakanlah membeli paket slimming tanpa alat ya,” ungkapnya.
Pengembangan pelayanan Ethnowellness ini juga tidak mengesampingkan para backpacker. Karena nantinya mereka juga tetap bisa menikmati wellness di pantai-pantai di Bali. Rencana IWSPA yang segera dijalankan adalah untuk melatih para penyedia jasa pijat di sepanjang pantai, terutama Pantai Kuta. Mereka akan dimasukkan dalam kuota 10 ribu terapis yang akan dilatih tahun depan.
“Saya ingin menjual charmingnya Ethnowellness, jadi mohon maaf, kami benahi dulu Ibu-ibu pantai,” terangnya.
Atas riset lapangan yang ia lakukan di pantai ikonik di Bali, seorang penjual jasa pijat pantai tidak memiliki skill bagaimana membuat penikmat jasa nyaman, serta dengan pakaian yang dianggap ngasal. Ia menceritakan ditawari pijat, sementara pemijat di pantai itu sendiri sedang menghandle tamu. Kemudian penampilan dengan memakai jam tangan yang cukup besar dan pakaian yang diungkapkan tidak dicuci berhari-hari.
Jadi untuk tahap pertama membangkitkan Ethnowellness ini, ia menyampaikan memang belum melibatkan terapis penyandang disabilitas karena beberapa alasan yang melatarbelakangi.