Ilustrasi - Penangkapan Teroris oleh Densus 88 (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
BNPT bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) juga bekerja sama men-take down beberapa website yang digunakan untuk menyebarkan paham radikalisme. Namun kendalanya adalah mereka muncul kembali dalam jumlah banyak.
“Tidak mudah. Satu kami take down atau seribu kami take down. Dua ribu muncul. Tapi kami berharap semua orang, siapapun, kecuali anak di bawah umur ya, kami katakan mari kita cerdas melihat, mendengar apa yang ada di medsos,” ajak Kolonel Rahmad Suhendro.
Setiap tahunnya BNPT juga melakukan dua jenis survey. Pertama yaitu survey indeks teroris dan kedua survey indeks radikal di seluruh di Indonesia. Namun pihaknya tidak menjelaskan secara gamblang angka survey tersebut. Hanya diakuinya terjadi penurunan sebesar 35 persen.
Kegiatan survey ini menggandeng Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di seluruh Indonesia dan akan dilakukan bulan depan. Hingga saat ini BNPT masih menyusun rencana aksi dan kuisioner tersebut.
“Kita sudah di bawah 35 persen. Terjadi penurunan. Tetapi masih agak tinggi kalau kita berbicara secara internasional,” jelasnya.