Tangis Duka Iringi Pengabenan Kadek Oka, Korban Kapal Tenggelam

Klungkung, IDN Times - Warga memadati halaman rumah duka I Kadek Oka di Banjar Nesa, Desa Banjarangkan sejak pagi, 8 Juli 2025. Mereka ingin ikut melepas kepergian Kadek Oka, korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali.
Suasana haru semakin terasa saat prosesi memandikan jenazah berlangsung. Beberapa warga tampak menunduk, menyeka air mata yang tak mampu dibendung.
Di antara suara pelan doa dan kidung duka, terdengar tangis lirih pecah, terutama dari keluarga terdekat.
Putu Adi Prastika, putra sulung Kadek Oka, berusaha tegar di hadapan para pelayat. Namun, raut wajahnya tak bisa menyembunyikan duka yang dirasakanya.
Sementara sang istri, Ni Nyoman Geria Rangkane, tampak lebih tenang meski sorot matanya memancarkan kehilangan yang dalam.
1. Ratusan warga mengiringi pengabenan Kadek Oka

Menjelang siang, sekitar pukul 14.00 Wita, iring-iringan pengantar jenazah bergerak menuju setra desa yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.
Ratusan warga, sebagian besar krama banjar, ikut mengiringi perjalanan itu. Warga membantu serangkaian ritual, hingga jenazah dibakar sekitar pukul 15.00 Wita.
Isak tangis kembali pecah di antara kobaran api, menandai perpisahan yang sungguh berat bagi keluarga dan warga.
2. Kadek Oka dikenal sosok yang aktif bermasyarakat

Dalam suasana duka, Kadek Oka terus dikenang oleh para kerabatnya. I Nyoman Arjana, Kelian Banjar Nesa, tak kuasa menahan haru saat mengenangnya. Baginya, Kadek Oka adalah warga yang aktif bermasyarakat dan supel dalam bergaul.
“Beliau selalu ada di setiap kegiatan banjar maupun keluarga. Kami sangat kehilangan sosok seperti beliau,” ujar Arjana.
3. Perbekel Banjarangkan sebut Kadek Oka orang yang ramah dan pekerja keras

Perbekel Desa Banjarangkan, Anak Agung Gde Indrawan Diputra, juga mengenang kebaikan almarhum.
“Terakhir saya bertemu beliau saat menghadiri upacara ngaben warga. Orangnya ramah, pekerja keras, dan sangat peduli,” tuturnya mengenang.
Kini, Kadek Oka telah berpulang meninggalkan seorang istri, dua anak, dan empat cucu. Ia bekerja sebagai sopir di perusahaan distribusi semen yang berbasis di Klungkung.
Ketika musibah terjadi, ia tengah menjalankan tugas mengantarkan semen dengan truk bernomor polisi DK 8565 MH dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Gilimanuk. Ia ditemani rekannya, Eko Satrio, yang juga mengemudikan truk serupa dengan plat DK 8153 AD.
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Ketapang pada Rabu malam, 2 Juli 2025 pukul 22.56 WIB. Namun, kapal tersebut tenggelam sekitar 25 menit kemudian, tepatnya pukul 23.20 WIB. Berdasarkan data sementara, kapal itu mengangkut 65 orang yang terdiri dari 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan, termasuk 14 truk tronton.