Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Suyasa Sang Pejuang Literasi di Karangasem, Buku Jadi Mainan Baru Anak

Buku
Penggiat Komunitas Literasi di Karangasem, Komang Sukayasa (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times - Kemeja warna Lemonade nampak serasi dengan perawakan dan warna kulit Penggiat Komunitas Literasi dari Kabupaten Karangasem, Komang Sukayasa, saat ditemui diacara gathering Bazar Buku Internasional Big Bad Wolf (BBW) Books di Kuta, Kabupaten Badung. Ia tampak tenang duduk, dan senyumnya sangat ramah. Dalam kesempatan tersebut, Suyasa, sapaannya, mengungkapkan kondisi anak-anak di pelosok Kabupaten Karangasem sangat jarang mendapatkan layanan buku. Untuk membantu kemampuan membacanya, ia berinisiatif membawakan buku bacaan. Kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak tersebut.

"Kami selama ini membawakan mereka buku di tas. Jadi, mereka itu ketika kami datang baru dapat membaca buku. Itu yang menyebabkan minat bacanya rendah. Mereka menunggu kami membawakan buku-buku," terangnya.

1. Anak-anak menunggu kedatangan Komang Suyasa di bale banjar

Buku
Ilustrasi buku (IDN Times/Ayu Afria)

Alumnus Undiksa Jurusan Bahasa Bali, Komang Sukayasa, mengatakan anak-anak di Karangasem menunggu kedatangannya di bale banjar. Buku bagi anak-anak di sana merupakan sesuatu yang baru, dengan favorit buku cerita dan banyak gambar. Kegiatan ini telah ia lakukan sejak 2010 sampai sekarang. Saat itu ia masih menjadi mahasiswa. Pun beberapa relawan juga ikut bergabung, namun tidak bersifat memaksa. Kegiatan tersebut banyak dilakukan di Kecamatan Kubu dan Bebandem.

"Ketika kami datang, mereka membaca apa yang kami bawa. Kalau di Karangasem itu anak-anak sangat antusias," terangnya.

Dengan kondisi yang demikian, anak-anak di dua kecamatan tersebut justru tidak bermain handphone. Ini menjadikan mereka lebih tertarik dengan buku.

"Kondisi jaringan internet juga tidak ada. Jadi dibawakan buku, mereka mendapatkan mainan yang baru rasanya," ungkapnya.

2. Relawan juga mengajarkan Bahasa Inggris untuk bekal masa depan

Ilustrasi dua anak sedang membaca buku (pexels.com/Roman Odintsov)
Ilustrasi dua anak sedang membaca buku (pexels.com/Roman Odintsov)

Tidak hanya sebatas memberikan literasi, Komang Sukayasa juga memberikan pelatihan Bahasa Inggris di hari Sabtu dan Minggu kepada anak-anak. Para relawan memberikan ilmu ini secara gratis. Menariknya, program ini mampu mengantarkan dua orang anak bekerja di kapal pesiar dari 16 anak angkatnya.

Harapannya, mereka mampu memperbaiki ekonomi keluarganya, dan bagi mereka yang menempuh pendidikan di luar daerah agar nantinya juga bisa kembali ke daerahnya untuk ikut andil membangun daerah.

"Karena memang nanti ke depan mereka sekolah ke pariwisata. Memang arahnya nanti mereka bekerja di pariwisata. Itu yang menjadi output-nya nanti," katanya.

3. Pos satu-satunya telah roboh oleh angin

ilustrasi ibu dan anak-anaknya membaca buku (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi ibu dan anak-anaknya membaca buku (pexels.com/Alex Green)

Niat baik tidak selamanya berjalan mulus. Komang Sukayasa mengatakan, satu-satunya pos yang memiliki pemandangan bagus dan mendukung anak-anak dalam belajar membaca kini telah rusak. Bangunan berukuran 5x4 meter semi permanen beratap seng di Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem telah roboh. Sebelumnya bangunan tersebut berdiri swadaya. Ia membangunnya dan dibantu oleh masyarakat sekitar, penyangganya dari pohon pakis.

"Pos kami kena angin puting beliung, jadi hancur sudah posnya itu. Bulan lalu. Sekarang kami fokuskan di bale banjar. Karena kami punya pos astu," katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us