Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250924-WA0011.jpg
Mobil pick up untuk pengangkutan sampah (Dok. BRI Peduli)

Intinya sih...

  • Sampah organik diproses menjadi pupuk kompos, laris manis dijual ke petani

  • Desa Baktiseraga meraih prestasi nasional dalam pengelolaan sampah

  • Pengelolaan sampah yang disiplin harus dibiasakan di tingkat masyarakat untuk lingkungan yang bersih dan ekonomi yang bergerak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buleleng, IDN Times – Setiap pagi di Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, tumpukan sampah rumah tangga tak lagi menumpuk seperti dulu. Kini, sampah yang diangkut dari rumah warga hanya membutuhkan satu truk per hari. Padahal, sebelum tahun 2023, jumlahnya bisa mencapai dua hingga tiga truk. Perubahan besar ini lahir dari disiplin, aturan tegas, serta dukungan nyata dari berbagai pihak—termasuk Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program BRI Peduli.

Kepala Desa Baktiseraga, Gusti Putu Armada, masih ingat betul bagaimana persoalan sampah menjadi isu krusial di desanya yang berbatasan langsung dengan pesisir Singaraja. “Dulu sebelum memiliki sistem tata kelola, setiap hari sampah campuran yang diangkut ke TPS bisa 2–3 truk. Setelah tata kelola berjalan baik, kami bisa mengurangi 60–70 persen. Kini hanya 1 truk per hari,” jelasnya, Selasa (18/9/2025), melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times.

Melalui program CSR BRI Peduli, desa ini menerima bantuan satu unit mobil pick-up untuk pengangkutan, mesin pencacah kotoran hewan (kohe), dan dua set alat selam untuk mendukung konservasi terumbu karang. Armada mengaku bantuan tersebut sangat membantu kerja TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) Baktiseraga yang sejak 2023 konsisten mengelola sampah dari sumbernya.

“Terima kasih pada BRI, karena kini kami punya sistem tata kelola berbasis sumber, mulai dari pengangkutan hingga pemrosesan,” katanya.

1. Sampah organik diproses menjadi pupuk kompos

Pemrosesan sampah di TPS3R Desa Baktiseraga (Dok. BRI Peduli)

Di TPS3R Baktiseraga, sampah dipilah menjadi empat jenis: dapur, daun dan ranting, plastik, serta residu. Sampah organik diproses dengan sistem osaki menjadi pupuk kompos dalam waktu tiga bulan. Pupuk ini laris manis dibeli petani durian dan perkebunan di sekitar desa. “Karena pupuk kami bagus, sampai sekarang penjualan indent. Jarang ada stok, karena banyak yang order” kata Armada.

Sampah plastik disetor ke bank sampah dan dijual ke pihak ketiga, sementara residu tetap dikirim ke TPA. Untuk memastikan masyarakat terbiasa memilah, desa membuat aturan tegas. “Kalau tidak memilah, kami tidak akan mengangkut sampah dari rumah,” ujarnya.

Selain itu, mesin pencacah kohe yang diberikan BRI juga dimanfaatkan untuk mengolah kotoran kambing milik warga. Sedangkan alat selam membantu tim lapangan dalam aksi konservasi di pesisir, seperti membersihkan lamun dan terumbu karang. “Karena desa kami berbatasan dengan laut, kegiatan konservasi sangat penting. Bantuan alat ini betul-betul mendukung,” tambahnya.

2. Desa Baktiseraga meraih prestasi

ilustrasi membuat pupuk kompos (freepik.com/freepik)

Keberhasilan Desa Baktiseraga tak luput dari perhatian pemerintah. Tahun 2023 lalu, desa ini meraih Trophy ProKlim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagai satu-satunya desa di Bali yang masuk jajaran 55 lokasi ProKlim Utama tingkat nasional. Desa ini juga diganjar Bakti Pertiwi Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali karena tata kelola sampah berbasis sumber, serta masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Nasional.

Regional CEO BRI Region 17/Denpasar, Hery Noercahya, menyebut dukungan BRI terhadap Desa Baktiseraga merupakan wujud nyata kepedulian perusahaan pada lingkungan. “BRI senantiasa berkomitmen memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Bantuan sarana ini diharapkan membuat operasional TPS3R lebih optimal serta memberi manfaat langsung bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.

3. Harus dibiasakan di tingkat masyarakat

ilustrasi daur ulang berbasis komunitas (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kini, Desa Baktiseraga menjadi contoh nyata bahwa pengelolaan sampah yang disiplin bisa membawa manfaat ganda: lingkungan yang bersih, ekonomi masyarakat yang bergerak, sekaligus prestasi yang membanggakan. Armada menegaskan, kunci keberhasilan ada pada kebersamaan. “Masyarakat harus terbiasa memilah. Dengan gotong royong, kami bisa menjaga desa tetap bersih dan sehat,” tutupnya.

Editorial Team