Stunting Bukan Soal Perbaikan Gizi, Pola Asuh Anak Juga Krusial

Denpasar, IDN Times - Seluruh wilayah di Indonesia bahu-membahu mencegah stunting. Selama ini perbaikan gizi kerap menjadi bahasan arus utama penanganan stunting. Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan secara kolektif dan terfokus. Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih, mengatakan ada sederet hal krusial dalam penanganan stunting di Bali.
Penanganan dari sisi perbaikan gizi perempuan dan anak, meliputi asi eksklusif, suplementasi gizi, dan pemberian makanan tambahan (PMT). Namun, ada hal krusial dengan efek saling silang terhadap tumbuh kembang anak. Sukardiasih menyinggung pentingnya pola asuh anak dalam cegah stunting.
“Perbaikan pola asuh ini, satu diantaranya memberikan edukasi gizi kepada orang tua tentang pentingnya nutrisi seimbang dan cara menyiapkan makanan bergizi untuk anak,” ujar Sukardiasih, pada Senin (21/7/2025).
Lalu apa saja yang menjadi perhatian penting dalam penanganan stunting? Yuk baca selengkapnya di bawah ini.
1. Memantau tumbuh kembang hingga perbaikan sanitasi dan akses air bersih

Sukardiasih mengatakan, pemantauan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara teratur di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau fasilitas kesehatan. Orangtua harus melakukan pemeriksaan lanjutan jika ada indikasi keterlambatan pertumbuhan. Orangtua wajib pula memerharikan stimulasi anak sesuai dengan usianya untuk perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa.
Tumbuh kembang ini juga beriringan dengan kondisi sanitasi dan air bersih. Sehingga menciptakan lingkungan sanitasi dan akses air bersih yang layak, juga menjadi sorotan.
“Memastikan ketersediaan akses air bersih yang aman untuk keperluan sehari-hari, meningkatkan kualitas sanitasi, termasuk program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM),” kata Sukardiasih.
2. Intervensi kesehatan dan daya dukung sosial ekonomi

Sementara, dari aspek intervensi kesehatan, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan calon orangtua. Pertama, imunisasi agar anak mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang dianjurkan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan stunting.
Kedua, memberikan pengobatan untuk penyakit penyerta yang dapat memperburuk kondisi stunting. Calon orang tua harus mewaspadai beberapa penyakit penyerta atau komplikasi, seperti diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan, dan sebagainya.
Sementara, guna menciptakan aspek di atas, butuh strategi pengentasan kemiskinan sebagai satu akar masalah stunting. Penanganan ini sejalan dengan peningkatan ketahanan pangan dan ketersediaan makanan bergizi.
Pada aspek sosial, Sukardiasih menekankan pemberian perlindungan sosial bagi keluarga yang membutuhkan serta akses jaminan kesehatan, melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
3. Rembuk stunting sejak skala desa hingga evaluasi

Keterlibatan seluruh pihak dalam penanganan stunting bagi Sukardiasih harus ada koordinasi dan kolaborasi berbagai instansi terkait, termasuk pemerintah daerah, puskesmas, kader kesehatan, dan masyarakat. Sementara, sejak skala desa ada kegiatan rembuk stunting untuk merumuskan rencana aksi dan memantau pelaksanaannya.
Terakhir, sebagai sebuah keberlanjutan penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program pencegahan dan penanggulangan stunting.
“Upaya terpadu dan terencana, diharapkan penanganan stunting di Bali dapat berhasil dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak,” ujar Sukardiasih.