Ilustrasi: Petugas melakukan tes HIV pada darah seorang warga saat pemeriksaan HIV secara gratis di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ARV merupakan satu-satunya obat untuk pasien HIV. Fungsinya adalah menekan jumlah virus di dalam tubuh pasien, sehingga tidak sampai jatuh ke tahap AIDS.
''Kalau sudah masuk tahap AIDS berarti pasien sudah mengalami sakit karena penurunan daya tahan tubuh akibat serangan virus HIV,'' jelas Nariana.
Umumnya, pasien HIV yang jatuh ke tahap AIDS akan menderita penyakit:
- Tuberculosis (TB) adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang pasien HIV, bahkan menjadi penyebab utama kematian
- Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak
- Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, dan paru-paru
- Candidiasis adalah infeksi jamur candida yang menyebabkan ruam pada sejumlah area tubuh
- Meningitis kriptokokus adalah peradangan pada selaput otak dan tulang belakang yang disebabkan oleh jamur
- Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS kehilangan 10 persen berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis
- HIV-associated nephropathy (HIVAN) adalah peradangan pada saringan di ginjal
- Gangguan neurologis.
Menurut Nariana, jika penderita HIV mengonsumsi ARV secara rutin, ia bisa beraktivitas dan tubuhnya pun sehat. Bahkan ada juga pasien yang ketika diperiksa kembali, jumlah virus di dalam tubuhnya setelah mengikuti terapi ARV, virus HIV-nya tidak terdeteksi.
''Untuk itu konsumsi ARV secara rutin harus dilakukan oleh pasien HIV sehingga mereka bisa hidup sehat dan tidak masuk ke tahap AIDS,'' ujar Nariana.