IAC menilai, respon pemerintah terkait pengadaan obat ARV ini dirasa kurang padahal dananya sudah tersedia. Bahkan beberapa obat sudah tercantum dalam e-Katalog.
Menurut data nasional yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan nasional per tanggal 22 November 2019, diketahui bahwa obat ARV jenis TLE (Tenovofir, Lamivudin, Zidovudine) hanya tersisa 290.908 botol. Sementara jumlah pasien yang dalam pengobatan ARV jenis ini sebanyak 48.981 ODHA.
Sehingga apabila dikalkulasikan, stok tersebut hanya cukup untuk dikonsumsi sampai 5,9 bulan ke depan. Padahal idealnya stok kecukupan ARV dikatakan aman apabila bisa menyuplai kebutuhan selama sembilan bulan. Selain itu, beberapa obat ARV ini masih import, dan memerlukan waktu yang tak sebentar agar bisa didistribusikan ke pasien.
“Putus pengobatan ARV bagi ODHA akan memperburuk tingkat kesehatannya. Bahkan bisa menemui kematian dan juga akhirnya bila ODHA tersebut melakukan kegiatan berisiko maka dia akan menularkan HIV kepada orang lain,” terang Aditya, Senin (2/12).