5 Cara Spill Kasus Kekerasan Seksual di Medsos

Kasus kekerasan seksual semakin menjadi perhatian publik di Indonesia. Para korban mulai berani speak up di ruang publik dan memperjuangkan keadilan. Namun sayangnya, keberanian para korban mengungkapkan kejahatan yang dialaminya tak diiringi dengan pemahaman masyarakat akan perspektif korban.
Laporan korban kerap dianggap sebagai fitnah dan upaya mencemarkan nama baik pelaku. Karenanya, korban pun tetap perlu berhati-hati menyuarakan kasusnya, terutama di media sosial. Berikut 5 hal yang perlu dipertimbangkan oleh korban maupun orang yang mengetahui adanya tindakan kekerasan seksual, sebelum spill (Mengungkapkan) kasus ke publik.
1. Pastikan dulu kesiapan korban dalam mengungkapkan kasusnya
Beberapa korban memilih untuk diam karena memang belum siap untuk speak up. Selain trauma seumur hidup, stigma sosial dan victim blaming menjadi beban tak berkesudahan bagi korban.
Namun ada juga beberapa korban yang pada akhirnya memberanikan diri untuk bersuara dan melapor. Apalagi jika terkait dengan keterulangan perbuatan kekerasan seksual oleh predator yang sama.
Apabila korban belum siap untuk speak up, tidak apa-apa, jangan dipaksakan. Prioritaskan pemulihan trauma pascakejadian kekerasan seksual. Kesembuhan fisik dan psikis adalah yang paling utama.
Jika korban merasa sudah siap dan berkomitmen untuk menyuarakan kekerasan seksual yang dialami, ingatlah bahwa yang paling berdosa adalah pelaku, bukan korban. Pihak yang paling kotor adalah pelaku, bukan korban. Tentu tidak ada seorang pun yang berhak merendahkan harkat martabat korban, termasuk pelaku.